PRESIDEN: TIDAK PERLU DIDIRIKAN PARPOL ATAU GOLKAR BARU

PRESIDEN: TIDAK PERLU DIDIRIKAN PARPOL ATAU GOLKAR BARU[1]

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto mengingatkan masyarakat bahwa tidak perlu dibentuk partai politik atau golongan karya yang baru karena tatanan politik yang sekarang ini sudah teruji manfaatnya. “Kita tidak berkeinginan untuk membentuk partai baru atau golongan karya yang baru lagi,” tegas Kepala Negara selaku Ketua Dewan Pembina Golkar pada peringatan HUT ke-30 Golkar di Balai Sidang Jakarta, Kamis malam.

“Yang perlu kita lakukan adalah mendorong Parpol serta Golkar melakukan konsolidasi ke dalam agar mampu menampung aspirasi dan kepentingan anggota serta rakyat pada umurnnya,”kata Ketua Dewan Pembina Golkar.

Ketua Dewan Pembina yang didampingi Ibu Tien Soeharto, Wakil Presiden Try Sutrisno dan Ibu Tuti Sutrisno serta Ketua Umum DPP Golkar Harmoko menyebutkan semua kekuatan sospol itu juga harus didorong agar tanggap terhadap setiap tantangan baru dan mampu menjadi kekuatan konstruktif dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Ketika menjelaskan sikapnya mengenai tidak perlu dibentuknya lagi kekuatan sospol yang baru, dikatakan pengalaman di masa lalu  dengan banyaknya partai menunjukkan sulitnya diambil keputusan poiitik yang tegas.

“Oleh karena itu, sejak tahun 1970, kita sudah bersepakat hanya memiliki dua partai politik dan satu golongan karya,” kata Ketua Dewan Pembina Golkar. Mendengar pernyataan Ketua Dewan Pembina tentang tidak perlu dibentuknya lagi kekuatan sospol yang baru, para hadirin bertepuk tangan.

Rumuskan Kembali Peranannya

Ketika berbicara tentang peranan kekuatan sospol di tanah air, Ketua Dewan Pembina Golkar menyebutkan semua kekuatan sospol ini perlu merumuskan kembali peranannya dalam setiap babak perjuangan bangsa.

Dahulu, peranan utama kekuatan sospol adalah menanamkan kesadaran nasional di kalangan rakyat untuk menyatukan kekuatan mereka melawan penindasan bangsa asing dan membangun landasan kejiwaan bangsa yang baru.

“Dalam dasawarsa-dasawarsa pertama kemerdekaan, peranan kekuatan sospol adalah melatih dan membiasakan rakyat untuk hidup sebagai warga negara dari sebuah bangsa yang baru,” katanya.

Peranan itu tidaklah mudah sebab kebiasaan yang dahulu tumbuh selama menentang penjajahan harus ditinggalkan dan kebiasaan baru sebagai warga negara yang baik harus ditumbuhkan.

“Dalam kurun waktu pembangunan nasional, peranan utama kekuatan sospol adalah mempersiapkan rakyat untuk memanfaatkan peluang, kesempatan serta kemudahan yang disediakan negara untuk memajukan taraf hidup, lahir maupun batin,” kata Ketua Dewan Pembina.

Kemudian dikatakan “Kita membutuhkan organisasi kekuatan sosial politik yang bukan saja tinggi mutunya tapi juga tepat jumlahnya “.

Menata Diri

Kepada seluruh kader kekuatan sosial politik terbesar ini, Ketua Dewan Pembina minta mereka untuk menata dirinya guna menjawab berbagai tantangan baru di dunia. “Keberhasilan selama ini perlu dimanfaatkan serta dilembagakan. Kelemahan serta kerawanan yang terlihat harus ditelaah, dikaji dan dibenahi. Kebocoran serta pemborosan sumber daya pembangunan, secara terencana dan terkendali dikurangi, Para kader Golkar diminta pula meningkatkan kepatuhan mereka terhadap disiplin serta tertib hukum.”Kader-kader baru disiapkan, dilatih, dididik, ditugaskan serta diberi tanggungjawab dalam bidang serta profesi yang dipilihnya,”kata Ketua Dewan Pembina Golkar kepada para anggota dan simpatisan kekuatan sospol ini. Sementara itu, ketika berbicara tentang pesta demokrasi lima tahunan, Ketua Dewan Pembina mengemukakan “Kita merasa berbahagia bahwa Golongan Karya menjadi pilihan terbesar rakyat kita dalam setiap pemilihan umum”. Besarnya perhatian rakyat itu jangan hanya dijadikan kebanggaan tapi juga diingat sebagai amanat dan tanggung jawab untuk menjalankan kehendak rakyat dan mewujudkan aspirasinya. Pada saat Sidang Umum MPR tahun 1993, telah muncul kebiasaan baru di lembaga tertinggi itu, yaitu penyusunan GBHN dilakukan sendiri oleh organisasi kekuatan sospol.

“Naskah sumbangan pemerintah tidak lagi diserahkan kepada MPR tetapi kepada pimpinan organisasi kekuatan sosial politik. Tradisi politik baru ini perlu kita Janjutkan, kita mantapkan serta kita kembangkan terus di masa mendatang,” kata Ketua Dewan Pembina Golkar.

Ukur Keberhasilan Perjuangannya

Ketika berbicara tentang peringatan HUT ke-30 ini, Ketua Dewan Pembina Golkar mengemukakan saat-saat seperti ini perlu dimanfaatkan untuk merenungkan kembali tentang sumbangan yang telah diberikan para kader.

Sebagai organisasi kekuatan sospol, Golkar memang dirancang dan dikembangkan sebagai tulang punggung pembangunan nasional. “Oleh karena itu, Golongari Karya mengukur keberhasilan perjuangannya dari keberhasilan pembangunan nasional itu sendiri,”kata Ketua Dewan Pembina.

Sementara itu, ketika berbicara tentang hasil pembangunan selama ini, dikatakan, sekalipun pembangunan telah menghasilkan banyak kemajuan, masyarakat terutama Golkar jangan berpuas diri dahulu. Sebelumnya, Ketua Panitia HUT Golkar ke-30, Abdul Gafur melaporkan kegiatan ini dilaksanakan secara sederhana namun meriah. Gafur menyebutkan pula rangkaian peringatan ini antara lain mencakup perlombaan memasak nasi goreng, lomba gerak jalan, bakti sosial, penyumbangan darah, dan khitanan massal. “Darah para kader Golkar bebas AIDS,”kata Gafur sambil bergurau. Selain itu, juga diselenggarakan rapim.(T/EU02/B/DN07 /20/10/94 20:26/ru2

Sumber: ANTARA(20/10/1994)

_______________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XVI (1994), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 115-117.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.