PRESIDEN: TINGKAH LAKU DAN BUDAYA POLITIK LAMA KITA TINGGALKAN

PRESIDEN: TINGKAH LAKU DAN BUDAYA POLITIK LAMA KITA TINGGALKAN

 

 

Jakarta, Sinar Harapan

Presiden Soeharto mengatakan, dengan keberhasilan peletakan kerangka landasan di bidang ideologi dan politik, maka tingkah laku dan budaya politik lama telah dapat kita gantikan dengan yang baru, yang bersuasana kekeluargaan dan lebih bermartabat.

Kepala Negara mengemukakan hal itu dalam pidato akhir tahun 1988 Sabtu malam 31 Desember, yang disiarkan secara nasional lewat TVRI dan RRI.

Tingkah laku dan budaya politik lama, yang didasarkan pada anggapan bahwa politik adalah pembentukan dan pengerahan kekuatan untuk memenangkan diri dalam adu kekuatan, terbukti mengandung benih-benih yang dapat memecah belah serta menimbulkan ketegangan, pertentangan dan pergolakan bangsa.

Sebaliknya, kata Presiden dalam tingkah laku dan budaya politik baru, pengerahan kekuatan sosial politik dapat kita pusatkan untuk bersama-sama memberikan sumbangan sebesar-besanya bagi pelaksanaan pembangunan nasional yang sebaik­baiknya, dalam rangka persatuan dan kesatuan dalam suasana kekeluargaan.

Selanjutnya Presiden Soeharto mengatakan, kita merasa lega, walaupun dihadang oleh rintangan dan hambatan serta berbagai pukulan berat yang datang dari luar, kita bersama telah berhasil meletakkan kerangka landasan di bidang ekonomi.

Kerangka landasan ekonomi itu mempunyai landasan ideologis yang kokoh dengan ditetapkann ya secara konstitusional pembangunan sebagai pengamalan Pancasila dan makin berakar pada nilai-nilai sosial budaya kita sendiri serta pada struktur ekonomi yang rnakin tangguh.

 

Regenerasi

“Kita juga merasa lega, karena dengan kerangka landasan politik yang kita letakkan, mekanisme kepemimpinan nasional dapat kita pelihara sesuai dengan aturan­ aturan konstitusional,” kata Kepala Negara.

Proses regenerasi terus berlangsung secara wajar dan alamiah dalam sua sana kekeluargaan secara tertib, teratur, lancar dan penuh pengertian. “Kita bersyukur bahwa selama ini Generasi Pembebas dan Generasi Penerus telah bekerjasama bahu­membahu, dengan kesadaran tanggung jawab bersama untuk melangsungkan regenerasi secara sebaik-baiknya”.

Kesemuanya tadi berhasil kita capai, kata Kepala Negara, berkat kekohohan bangun politik yang kita susun, kemantapan ketahanan nasional yang kita kembangkan dan keberhasilan pembangunan di semua bidang yang kita capai.

 

Keprihatinan

Kepala Negara juga tidak rnelupakan rasa keprihatinan dan kesedihan karena terjadinya bencana alam yang melanda beberapa wilayah di Tanah Air dan beberapa negara lain, yang telah merenggut nyawa manusia dan kerusakan harta benda.

Walaupun keadaan kita sendiri serba terbatas, namun panggilan kemanusiaan telah mendorong kita mengulurkan tangan meringankan beban penderitaan bangsa lain dan sebagai ungkapan rasa keprihatinan bangsa Indonesia.

Menyambut tahun baru 1989, Kepala Negara mengingatkan, kita masih tetap akan menghadapi masalah-masalah sosial ekonomi yang besar dan tantangan­tantangannya yang berat.

“Kita memang telah mengambil langkah-langkah penyesuaian, sehingga struktur ekonorni kita makin sehat dan kuat dengan topangan kekuatan sendiri yang inakin luas.

Kita bertambah tangguh dalam meredam goncangan-goncangan yang datang dari luar. Namun kita harus siap siaga berjaga-jaga dan waspada, sebab pukulan dan goncangan ekonomi dunia, bila nanti muncul, masih akan terasa berat bagi kita”.

Dikatakan pula, walaupun telah tercapai kesepakatan dalam OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak), kita belum dapat memastikan bahwa tingkat harga rata-rata minyak bumi di tahun 1989 tidak lebih rendah dari tahun ini.

Perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang asing yang kuat di dun ia juga masih belum menentu. Presiden menambahkan, kita memang telah mulai berhasil menganekaragamkan sumber-sumber penerimaan negara dan devisa dalam era pasca minyak, namun pengaruh migas masih besar dalam perekonomian negara.

 

Sumber : SINAR HARAPAN (02/01/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 8-10.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.