PRESIDEN TINJAU BENGKEL LATIHAN KERJA
Jakarta, Pelita
Presiden Soeharto Sabtu siang meninjau bengkel latihan kerja pengolah rotan Diprama desa Jagakarsa Jakarta Selatan yang merupakan unit dari PT Fendi mungil dari Nusantara grup.
Dalam kunjungan yang berlangsung sekitar 1 jam Presiden didampingi Mensesneg Soedharmono dan Gubernur DKI Wiyogo Atmodarminto. Pada kesempatan ini Presiden Soeharto menyambut baik bengkel tersebut yang merupakan pilot proyek di DKI karena mampu mempekerjaan 100 tenaga kerja di samping juga melibatkan anggota masyarakat sekitarnya seperti mengamplas, menghaluskan, membengkokan rotan-rotan tersebut yang mencapai tidak kurang 400 KK.
Menurut Kepala Negara bila ada 5 bengkel semacam ini berarti mampu menyerap 500 tenaga kerja. Namun untuk mendirikan bengkel ini diharapkan bantuan dari industri besar antara lain berupa peralatan dan tenaga ahli mengingat hasil produksi dari bengkel ini masih terbatas pada produk-produk yang keciI seperti tempat koran, lampu dan lain-lain.
Nantinya apabila bengkel ini dapat berkembang bisa menjadi usaha seperti koperasi primer yang selanjutnya bisa ikut memiliki saham di industri besar.
Tetapi mengingat sekarang segalanya masih kecil maka koperasi primer itu nantinya dapat menjadi anak angkat industri besar, seperti antara lain menyangkut masalah modal, pemasaran, mutu yang semuanya bisa terjamin.
Menurut Kepala Negara sebelum menjadi koperasi sebaiknya menjadi bengkel pengrajin rotan dan bisa didirikan di lingkungan perkampungan dengan cara menyewa tanah rakyat.
Dengan sendirinya investasi yang diperlukan lebih kecil, berbeda bila didirikan dikawasan industri yang memerlukan investasi besar. Dengan didirikannya di tengah-tengah perkampungan ini berarti juga menyediakan lapangan kerja rakyat sekitamya.
Yang penting bagi kita adalah ingin meningkatkan usaha mengolah kekayaan alam
berupa rotan untuk: tujuan ekspor. Karena itu bila ekspor rotan mentah kita stop, tapi kita belum siap untuk: mengolah barang jadi, ini berarti ada kaitan kepada rakyat kecil karena pengumpul rotan ini akan terkumpul tidak ada yang beli begitu pula para pengusaha rotannya.
Pasaran Dunia
Sehubungan dengan itu kita secara serentak harus mempersiapkan lebih dulu antara lain lewat bengkel pengrajin rotan itu. Sementara itu pimpinan Nusamba Grup Bob Hasan mengatakan, Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar tetapi hanya ekspor rotan dalam bentuk: barangjadi hanya 3% dibandingkan dengan pasaran dunia.
Padahal untuk produk kayu lapis ekspor tahun 1987 mencapai 1,9 milyar dollar Amerika. Sedangkan ekspor rotan jadi tahun 1987 hanya US$ 38 juta dan setengah jadi US$ 96 juta. Bengkel latihan pengolah rotan ini baru dimulai 2 minggu lalu dan 1 bulannya diperkirakan menghasilkan 4 kontainer barang jadi rotan.
Tiap kontainer rata-rata US$ 10 ribu. Ini berarti setiap tahun rata-rata US$ 480 ribu perbengkel. Pada-hal di Jakarta bisa dibangun 100 bengkel ini berarti menghasilkan US$ 48 juta/tahun DKI saja dengan tenaga kerja 50 ribu orang.
Tiap bengkel memerlukan investasi Rp 30 juta dan dalam jangka 16 bulan diharapkan sudah bisa kembali. Mengenai anggota masyarakat yang bekerja di bengkel ini seperti menghaluskan, mengamplas rata-rata berpenghasilan Rp 5000, demikian Bob Hasan.
Sumber : PELITA (01/02/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 617-618.