PRESIDEN MELIHAT LANGSUNG BENGKEL LATIHAN PENGRAJIN ROTAN

PRESIDEN MELIHAT LANGSUNG BENGKEL LATIHAN PENGRAJIN ROTAN

 

Jakarta, Antara

Presiden Soeharto hari Sabtu melakukan kunjungan “incognito” ke bengkel latihan kerja pengolahan rotan yang terletak di Kelurahan Jagakarsa Jakarta Selatan, untuk melihat para pemuda yang dipersiapkan menjadi pengrajin rotan bermutu tinggi.

Bengkel pengolahan rotan tersebut merupakan proyek percontohan Himpunan Pengusaha Rotan Indonesia (HPRl) yang akan dikembangkan di Jakarta dan daerah lain dalam upaya meningkatkan ekspor barang- barang dari rotan.

Bengkel yang dikelola PT. Nusamba bekerjasama dengan PT. Diprama itu kini sedang mendidik 35 pemuda setempat untuk menguasai berbagai keterampilan mengolah rotan menjadi berbagai perabot dan hiasan rumah dengan disain yang laku dipasaran luar negeri.

Mereka baru dilatih dua minggu oleh empat pembimbing namun sudah dapat membuat beberapa jenis barang seperti rak majalah, tempat payung, vas bunga dan kursi santai.

“Sekarang mereka sedang dilatih dalam hal kecepatan kerja, Kini baru menghasilkan sekitar 500 unit dalam dua minggu ini,” kata seorang pelatih yang didampingi pimpinannya, Ir. Sudarto.

Ketua HPRI, Bob Hasan, menjelaskan kepada Presiden bahwa pihaknya merencanakan membangun seratus bengkel pengrajin seperti itu di Jakarta, yang masing-masing mempekerjakan seratus orang.

Namun tenaga kerja yang terserap oleh bengkel itu akan jauh lebih besar, karena setiap bengkel akan menyerahkan pekerjaan-pekerjaan ringan seperti penganyaman, pengampelasan dan pengikatan kepada masyarakat sekitar.

“Setiap bengkel bisa memberikan order kerja kepada kurang-lebih lima ratus orang, sehingga nanti jumlah yang terlibat akan mencapai sekitar 50.000 orang,” ujar Bob Hasan yang juga memimpin PT. Nusamba.

Ia memperhitungkan, apabila program itu terwujud akan mampu mengekspor produk rotan senilai 48 juta dolar AS per tahun, karena setiap bengkel pengrajin dapat menghasilkan produk berjumlah 48 peti kemas per tahun dan satu peti kemas bernilai rata-rata 10.000 dolar AS.

Pengusaha itu mengungkapkan,untuk membangun pabrik berskala Kecil seperti di Jalan Jagakarsa 21 Pasar Minggu itu diperlukan biaya sekitar Rp. 30 juta, termasuk modal kerja.

 

Koperasi Harus Berperan

Setelah menyaksikan keterampilan para pemuda itu, Presiden memberi petunjuk kepada pimpinan HPRI agar koperasi diberi peranan besar dalam mengelola bengkel­bengkel pengrajin rotan itu.

“Bengkel-bengkel pengrajin ini hendaknya ditangani koperasi, kemudian dibentuk koperasi primer untuk membina sejumlah bengkel misalnya dalam menyediakan bahan baku,” ujar Presiden yang didampingi Menteri/Sekretaris Negara Sudharmono dan Gubernur DKI Jakarta Wiyogo Atmodarminto.

Koperasi tersebut, lanjut Presiden, hendaknya menjalin kerjasama dengan pabrik­pabrik pengolahan rotan berskala besar untuk lebih menjamin pemasaran, pengembangan disain dan pengawasan mutu. “Bahkan kalau sudah kuat, koperasi bisa memiliki saham pabrik besar tadi,” tambahnya.

Ia menilai upaya seperti yang dilakukan HPRI itu penting dalam rangka memanfaatkan kekayaan alam Indonesia berupa rotan dan meningkatkan ekspor komoditi non-migas “Kalau pada suatu saat kita menyetop ekspor rotan setengah jadi sementara kita belum siap mengolah semua produksi rotan mentah, maka yang akan terpukul adalah petani pengumpul rotan karena barangnya tidak laku,” demikian Pak Harto mengingatkan.

 

Tidak Sulit

Indonesia merupakan penghasil terbesar rotan di dunia. Namun selama ini ekspornya sebagian besar masih berupa rotan mentah dan setengah jadi. Nilai ekspornya tahun lalu sekitar 96 juta dolar AS.

Nilai ekspor rotan dalam bentuk barang jadi, menurut Bob Hasan, baru kurang lebih 38 juta dolar AS/tahun.

“Padahal membuat barang-barang dari rotan tidak sulit, mengapa tidak kita olah sendiri semuanya di dalam negeri?,” ujarnya.

Ia mengatakan, potensi pasaran rotan di luar negeri masih cukup besar terutama negara-negara seperti Jepang, Amerika Serikat dan Eropa.“Yang penting mutu tinggi dan disain memenuhi selera mereka,” tambahnya.

HPRI kini beranggotakan 195 pengusaha rotan yang terdiri pabrikan besar sampai kecil, produsen perorangan dan koperasi.

Bagi para remaja calon pengrajin rotan yang sedang dilatih di Jagakarsa hari Sabtu itu merupakan kenangan manis, karena saat itu mereka sempat bersalaman dan berfoto bersama dengan pemimpin bangsa dan negaranya, Presiden Soeharto.

 

 

Sumber : ANTARA (31/01/1988)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 615-617.

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.