PRESIDEN TTG PREVENTIF DI PT KRAKATAU STEEL
Jakarta, Antara
Presiden Soeharto hari Senin memerintahkan peningkatan pemeliharaan preventif pada pabrik besi baja PT Krakatau Steel Cilegon untuk mencegah terulangnya ledakan seperti yang terjadi Kamis lalu.
“Petunjuk Presiden itu juga berlaku bagi industri lain yang menggunakan gas alam seperti pabrik pupuk, pabrik semen dan industri perminyakan”, kata Menteri Perindustrian Hartarto kepada wartawan setelah ia melapor kepada Presiden di kediamannya Jalan Cendana Jakarta Senin pagi.
Hartarto menjelaskan, sebab-sebab terjadinya ledakan masih diteliti namun menurut dugaan sementara kejadian itu adalah akibat faktor terkikisnya atau aus pada bagian pipa yang menghubungkan reaktor dengan pipa suplai gas alam.
Akibat ledakan tersebut produksi pabrik besi spons PT Krakatau Steel terhenti, namun menteri mengharapkan produksi akan pulih kembali Selasa besok setelah penelitian rampung.
Orientasi Ekspor
Ketika menjelaskan pola pengembangan industri yang dinilai cocok untuk keadaan ekonomi sekarang, Menteri Hartarto mengatakan Pemerintah memprioritaskan industri yang berorientasi ekspor terutama dari kelompok aneka industri dan industri kecil.
Dalam hal ini industri yang memanfaatkan sumber alam dan menyerap banyak tenaga kerja diutamakan. Prioritas kedua adalah mendorong penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaan dalam pembangunan pabrik, sehingga dapat menghemat devisa.
Prioritas ketiga mendorong pendalaman struktur, yaitu pembangunan pabrik-pabrik yang menghasilkan bahan baku, tujuannya juga untuk menghemat devisa. Dijelaskan, dengan adanya reevalusasi mata uang Jepang “yen” para pengusaha industri terdorong untuk lebih memanfaatkan penggunaan mesin dan peralatan pabrik di dalam negeri. Bahkan beberapa pabrik mesin telah mulai mengekspor produknya, khususnya produk yang didasarkan pengerjaan plat seperti bejana-bejana, boiller dan komponen-komponen .
Sebagai contoh Hartarto menunjuk rencana ekspor mobil crane berbobot 7,5 ton ke Amerika Serikat mulai tahun ini. Berdasarkan kontrak, ekspor tersebut akan beljurnlah 520 unit sampai tahun 1988. Hartarto mengungkapkan, mesin-mesin dan peralatan pabrik yang telah mampu dibuat di dalam negeri baik melalui lisensi, modiflkasi maupun pengembangan sendiri adalah untuk pabrik tapioka, teh, kelapa sawit, gula, karet bongkah, mesin tenun, penyulingan minyak atsiri, ruang pendingin dan beberapa mesin industri semen. (LS)
Sumber: ANTARA (18/05/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 454-455.