PRESIDEN YAKIN HUBUNGAN JEPANG – INDONESIA TAMBAH ERAT, SIAPAPUN PENGGANTI SUZUKI
Presiden Soeharto mengatakan, siapapun yang akan menggantikan Perdana Menteri Suzuki jika dia mengundurkan diri, kerja sama Indonesia – Jepang akan bertambah erat, karena Presiden yakin bahwa penggantinya juga sahabat Indonesia.
Hal ini diucapkan Presiden Soeharto dalam kesempatan santapan malam dengan Perdana Menteri Suzuki di Wisma Gaimusho (Kemlu Jepang) di I-ikura untuk menghormati kunjungan Presiden pada Kamis malam.
Dalam sambutan singkatnya tanpa teks yang hanya berlangsung empat menit itu, Presiden Soeharto mengatakan bahwa hubungan persahabatan dan kerja sama Indonesia – Jepang selama ini berjalan baik dan hubungan ini di masa datang akan bertambah erat.
Sementara itu, Gaimusho (Kemlu Jepang) memberitakan dalam pertemuan kedua pemimpin Asia itu hari Kamis, Zenko Suzuki telah memberi jaminan bahwa garis pertahanan laut Jepang tidak akan menjangkau daerah-daerah negara-negara ASEAN.
Pemimpin Indonesia ini, yang kini sampai pada babak terakhir kunjungan keliling dunianya, sebelumnya menyatakan kekuatirannya atas pembangunan pertahanan Jepang.
Suzuki mengatakan, pasukan pertahanan Jepang hanya akan menyibukkan diri dewan pertahanan negara Jepang. Suzuki, juga meyakinkan Presiden Soeharto bahwa Jepang tidak akan kembali kepada militerisme.
Jalur-jalur pertahanan laut yang dimaksud merupakan tekanan Amerika agar Jepang turut serta memikul tanggung jawab pertahanan di daerah sekitarnya, demikian Suzuki kepada Soeharto.
Tetap Tahan Diri
Presiden Soeharto tampaknya menangkap dengan baik penjelasan yang diberikan Perdana Menteri Suzuki, tapi menghendaki agar Jepang tetap menahan diri dalam membentuk pertahanannya, karena mesti ada batas-batas dalam bidang perluasan pertahanan itu.
Presiden Soeharto juga menyatakan kekuatirannya atas derap modernisasi Republik Rakyat Cina. Ia mengatakan, kalau RRC meningkatkan kekuatan nasionalnya melalui modernisasi, ini akan menambah kemampuannya memberikan bantuan pada partai-partai komunis di Asia.
Suzuki berjanji akan memelihara keseimbangan dalam bantuannya kepada RRC dan kepada negara-negara ASEAN. Presiden Soeharto dan rombongan bertolak kembali ke tanah air pada tengah hari Jumat dari lapangan terbang Haneda diantar oleh masyarakat Indonesia dan beberapa pejabat Jepang.
Dalam pertemuan Kamis tadi Suzuki telah menjelaskan secara terperinci hasil kunjungannya baru-baru ini ke RRC bahwa bantuan kepada negara tersebut tidak akan sampai dalam bentuk atau cara yang dapat merugikan kepentingan negaranegara ASEAN, demikian menurut keterangan pers Gaikusho.
Dalam kesempatan itu Presiden Soeharto telah meminta Jepang untuk mengimpor lebih banyak lagi hasil-hasil pertanian dari Indonesia. Sebaliknya Perdana Menteri Suzuki meminta kepada Indonesia menghentikan apa yang disebut counter purchase yang mengkaitkan ekspor minyak Indonesia dengan barang-barang jadi.
PM Suzuki juga minta Presiden Soeharto meninjau kembali pelarangan sama-sekali penangkapan udang di perairan di luar (dekat) Indonesia oleh pihak-pihak luar negeri yang mulai berlaku 1 Januari 1982.
Sankei Shimbun
Sementara itu harian ekonomi Jepang yang berpengaruh Sankei Shimbun menulis mengenai kunjungan Presiden Soeharto ke Jepang dan mengenai keberatan pihak Indonesia atas perpanjangan jalur pertahanan laut Jepang sampai seribu mil.
Menurut surat kabar tersebut hendaknya Suzuki menjelaskan pada Presiden Soeharto bahwa Jepang tidak bermaksud menjadi kekuatan militer dengan pembangunan pertahanannya.
Undang-undang dasar tidak mengizinkan hal demikian terjadi selain bahwa batas seribu mil laut pertahanan Jepang itu masih harus diteliti lagi bersama oleh Jepang dan Amerika. (RA)
…
Tokyo, Antara
Sumber : ANTARA (22/10/1982)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku "Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita", Buku VI (1981-1982), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 901-902.