PRESIDEN YAKIN PERTAMINA DPT SEMBUH DARI LUKA2NYA [1]
Indramayu, Suara Karya
Presiden Soeharto menyatakan keyakinannya, bahwa Pertamina akan dapat menyembuhkan sendiri luka2nya dan bangkit kembali menjadi kekuatan ekonomi dan pembangunan Indonesia dengan belajar sekali lagi dari pengalaman2 buruk dan kekeliruan2 masa lampau serta memperbaharui tekad dan pengabdian kepada bangsa dan negara.
Kepala Negara mengemukakan hal itu hari Sabtu yang lalu ketika meresmikan instalasi distribusi bahan bakar minyak Balongan yang terletak 8 km di sebelah timur kota Indramayu.
Dalam acara peresmian yang juga dihadiri oleh sejumlah Menteri Kabinet Pembangunan itu, Presiden Soeharto mengatakan bahwa kesulitan keuangan yang parah yang dialami Pertamina dalam tahun2 terakhir, disebabkan oleh besarnya pinjaman luar negeri sehingga Pemerintah terpaksa turun tangan.
Kesulitan itu tetjadi karena Pertamina mencari dan memperoleh pinjaman luar negeri yang tidak memperhitungkan kemampuan membayarnya kembali, sementara kredit2 tersebut digunakan untuk kegiatan2 yang belum merupakan prioritas dan tidak langsung menyangkut pelaksanaan tugas pokoknya.
Dikatakan bahwa untuk melaksanakan tugas pokoknya yaitu menghasilkan minyak serta melancarkan penyediaan minyak, memang Pertamina memerlukan pembangunan2 di bidang eksploitasi, pengolahan, pengangkutan di laut dan darat, instalasi distribusi serta beratus-ratus pompa untuk penjualan eceran.
Untuk itu diperlukan biaya tidak sedikit, khususnya yang berupa devisa, yang tidak mungkin dipikul dari hasil Pertamina sendiri sekarang. Karena itu dengan persetujuan Pemerintah dan sesuai dengan kebijaksanaan yang ditetapkan Pemerintah, Pertamina dapat memperoleh pembiayaan dari kredit2 luar negeri.
“Menerima pinjaman luarnegeri untuk melaksanakan tugas2 yang penting, sama sekali tidak salah,” kata Kepala Negara.
Sudah barang tentu, katanya pula, kredit2 tersebut harus benar2 digunakan se-efisien dan se-efektip mungkin, harus diperhitungkan secara rasionil, dapat dipertanggungjawabkan secara ekonomis dan sesuai dengan prioritas2 kegiatan dalam rangka tugas pokoknya.
“Dan yang paling penting, harus ada batas2 kemampuan membayarnya kembali.
Semua pinjaman itu pada akhirnya harus mampu dibayar oleh Pertamina sendiri,” kata Presiden Soeharto menegaskan.
Perhatikan Kelancaran Penyediaan
Presiden Soeharto juga mengemukakan bahwa Pertamina harus memberikan perhatian besar terhadap kelancaran penyediaan minyak bumi ke seluruh wilayah, yang hal ini merupakan salah satu tugas pokok Pertamina.
Dikatakan, dalam rangkaian mata rantai penyediaan minyak bumi karena instalasi distribusi minyak di Plumpang-Jakarta terendam air banjir.
Menurut Kepala Negara, minyak bumi mengandung arti yang sangat penting dalam kehidupan bangsa, dannegara dalam zaman kemajuan sekarang ini. Kemajuan dan kesejahteraan masyarakat banyak ditentukan pula oleh penyediaan bahan bakar minyak yang cukup, terbeli dengan harga yang layak, tersedia setiap waktu dan tersebar merata ke seluruh penjuru.
Diharapkannya bahwa dengan peresmian instalasi Balongan itu kerawanan2 dalam penyediaan minyak bumi itu dapat diperkecil. Pembangunan instalasi2 distribusi seperti itu dikatakan akan dilakukan pula di tempat2 lain yang memerlukan, seperti yang kini sedang dipersiapkan di Padalarang.
Sebelumnya, Presiden Soeharto mengingatkan pula bahwa pengelolaan minyak bumi harus dikerjakan sebaik2nya mengingat peranannya yang sangat besar sebagai sumber penerimaan devisa, sebagai penggerak seluruh jantra ekonomi dan pembangunan, peranannya dalam bidang Hankamnas, serta juga pengaruhnya terhadap tata hubungan internasional.
Dalam peresmian itu, Dirut Pertamina Piet Haryono juga memberikan laporan tentang alasan dan kegunaan pembangunan instalasi distribusi minyak Balongan itu setelah sebelumnya ia menerima surat penyerahan bangunan dari kontraktor, Toyomenka Kaisha Ltd. Presiden Soeharto meresmikan instalasi tersebut dengan menekan tombol peresmian serta membagi nasi tumpeng secara simbolis kepada pimpinan Depot Cirebon. (DTS)
Sumber: SUARA KARYA (31/01/1977)
[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 452-453.