PRESIDEN YASSER ARAFAT MINTA KETUA GNB SOEHARTO TEKAN ISRAEL 

PRESIDEN YASSER ARAFAT MINTA KETUA GNB SOEHARTO TEKAN ISRAEL [1]

Tunis, Suara Karya

Sesuai dengan rencana, di tengah kunjungan kenegaraannya di Tunisia, Selasa malam (16/ 11)Presiden Soeharto bertemu dengan Presiden Palestina, Yasser Arafat di Tunis.

Dalam kesempatan itu Yasser Arafat mengungkapkan perkembangan proses perdamaian Israel-Palestina yang digambarkannya masih menghadapi masalah­ masalah serius.

Dalam kaitan inilah Presiden Palestina meminta agar Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB, memberi tekanan kepada Israel agarmematuhi kesepakatan perdamaian Israel-Palestina di Washington. Disamping masalah perdamaian Israel-Palestina, Yasser Arafat, juga menyampaikan pesan Presiden Portugal Mario Soares untuk Presiden Soeharto. Pesan Presiden Mario Soares, yang menginginkan diselenggarakannya referendum di Timor Timur, langsung ditanggapi oleh Presiden Soeharto.

Presiden menolak kemungkinan dilakukan referendum di Timor Timur seperti diinginkan Presiden Portugal Mario Soares. Indonesia menilai keinginan Portugal itu sudah tidak relevan lagi, karena rakyat Timtim telah menyatakan bergabung dengan Indonesia sejak tahun 1976.

“Persoalan integrasi Timtim sudah selesai dan tidak perlu dipersoalkan lagi,” kata Presiden kepada Arafat. “Saya hanya menyampaikan pesan Presiden Soares ketika kami bertemu di Lisbon 5 hari lalu,” kata Arafat. Wartawan Suara Karya, Agustianto, semalam melaporkan dari Tunis. Mensesneg Moerdiono selesai pertemuan itu, menjelaskan, kehendak rakyat Timtim bergabung dengan Indonesia sudah terwujud dengan ikut sertanya rakyat Timtim dalam beberapa kali pemilihan umum. “Kepada Arafat dijelaskan bahwa sikap Portugal selama ini memang tidak berubah dan selalu mengusulkan referendum di Timtim,” kata Moerdiono.

Perdamaian

Arafat dalam pertemuan dengan Presiden Soeharto menceritakan proses perdamaian sebagai pelaksanaan persetujuan Washington yakni perdamaian Israel­ Palestina. ”Menurut Presiden Arafat, dalam pelaksaannya ternyata banyak sekali terjadi kesulitan yang serius dan menurut Arafat, praktis tidak ada kemajuan dalam pelaksanaan upaya perdamaian tersebut,” kata Moerdiono.

Menurut Arafat, Israel telah melakukan berbagai tindakan yang dapat dianggap tidak melaksanakan dengan sebaik- baiknya kesepakatan di Washington. Oleh karena itu Arafat, kata Moerdiono, minta agar Presiden Soeharto selaku Ketua gerakan Non Blok (GNB) ikut memberikan tekanan kepada Israel agar kesepakatan Washington itu dapat dipatuhi. “Presiden mendengarkan dengan sungguh

sungguh penjelasan Presiden Arafat, dan Presiden Soeharto mengatakan, di Jakartapun pada saat bertemu dengan PM Yitzhak Rabin telah ditekankan pentingnya Israel melaksanakan dengan penuh kejujuran kesepakatan Washington,”kata Moerdiono.

Mengenai kemungkinan Ketua GNB melakukan penekanan itu, Moerdiono mengatakan, Presiden selaku Ketua GNB memikirkan peranan apa yang dapat disumbangkan pada proses perdamaian ini, pada saat Presiden menerima Arafat dan Rabin di Jakarta, Indonesia mendukung proses perdamaian itu.

Melalui proses perdamaian itu, kata Moerdiono, akan dapat terwujud Palestina yang merdeka di tanah aimya sendiri, mempunyai pemerintahan sendiri menuju masa depan yang mereka tentukan sendiri. Ditanya bentuk tekanan yaing akan dilakukan Ketua GNB, Moerdiono mengatakan, “Presiden memikirkan secara benar masalah itu dan setelah Arafat meninggalkan ruangan, Presiden meminta saya dan Kepala Badan Pelaksana Ketua GNB Nana Sutresna untuk tinggal dan membahas serta melihat secara menyeluruh kemungkinan apa yang bisa dilakukan Indonesia dan kemungkinan apa diharapkan cukup efektif, tapi juga realistik sesuai dengan kemampuan kita.”

Moerdiono menyebutkan, dalam pertemuan itu, Presiden Soeharto menyerahkan bantuan 2 juta dolar AS dan penyerahan uang itu seperti yang telah dijanjikan pada saatArafat berada di Jakarta 24 September lalu. Saat itu, kata Moerdiono, Presiden menjanjikan bantuan sebesar 5 juta dolar, dan kini telah diserahkan sebesar 2 juta dolar. Penyerahan itu diterima dengan rasa haru dan rasa terima kasih yang mendalam dari Arafat.

Berterimakasih

Sementara itu, Presiden Palestina Yasser Arafat mengatakan, pertemuan dengan Presiden Soeharto yang kesekian kalinya ini dipergunakan untuk menyampaikan rasa terimakasihnya yang mendalam atas dukungan bangsa dan rakyat Indonesia. “Kepada Presiden Soeharto yang juga Ketua GNB, saya sampaikan tentang perkembangan perdamaian di negara saya, dan Israel ternyata tidak mematuhi perdamaian yang telah disepakati bersama September lalu, terutama tentang penarikan pasukan dari Jalur Gaza dan Jericho,” kata Arafat.

Palestina menurut Arafat, menginginkan, penarikan total tentara Israel dari dua wilayah itu, karena kawasan itu akan dibangun dan kini keadaannya sudah sangat hancur. Tapi kini yang masih tetjadi adalah kekerasan Israel yang dilakukan terhadap rakyat saya, terutama wanita dan anak-anak, dan hal itu terjadi hampir setiap hari,” katanya.

Arafat menyebutkan, kini yang harus dilakukan adalah membangun wilayah yang tercantum dalam perundingan damai itu, dan biaya yang diperlukan sekitar 13 milyar dolar untuk membangun selama lima tahun mendatang. Dan itu diurusi oleh Komite Donor untuk Pembangunan Kembali Negara Palestina. “Kini yang sudah saya terirna hanya sebanyak 2,2 milyar dolar untuk pembangunan selama lima tahun mendatang.

Sumber: SUARA KARYA(l8/ll/1993)

_______________________________________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 346-348.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.