PRODUKSI DAN PENGAPALAN ALUMINIUM PT. INALUM TETAP NORMAL
Jakarta, Antara
Produksi dan pengapalan aluminum dari PT. Inalum di Kuala Tanjung, Sumatera Utara tetap berlangsung normal meskipun masalah pembagian produksi antara pihak Indonesia dan Jepang belum selesai, kata Ketua Otorita Proyek Asahan Ir. AR. Soehoed di Jakarta, hari Kamis.
“Masalah itu sekarang masih diurus Pemerintah, kita tunggu saja hasilnya,” katanya menjawab pertanyaan wartawan selesai melapor kepada Presiden Soeharto di kediamann. Cendana.
Ia menjelaskan, pihak otorita selaku pemegang saham pihak Indonesia pada PT. Inalum telah menyerahkan masalah yang dihadapinya kepada Pemerintah Indonesia. Pejabat Pemerintah yang menangani masalah itu adalah Menko Ekuin Radius Prawiro bersama Menteri Keuangan JB. Sumarlin.
Atas pertanyaan wartawan, ia tidak menutup kemungkinan adanya perundingan antara Pemerintah Indonesia dan pihak Jepang yang terdiri atas para pemegang saham PT. Inalum dan wakil Pemerintah Jepang, dalam upaya mencapai kesepakatan menyangkut pembagian produksi.
Masalah pembagian produksi itu timbul setelah saham pihak Indonesia pada perusahaan raksasa tersebut mengalami peningkatan. Berdasarkan peningkatan itu, pihak Indonesia juga menginginkan adanya kenaikan jatah produksi.
Soehoed mengatakan, produksi PT. Inalum sekarang mendekati 200 ribu ton/tahun, berarti masih belum mencapai kapasitas produksi pabrik peleburan itu 225 ribu ton/tahun.
Ditanya pengaruh pencemaran Sungai Asahan, Soehoed mengatakan jika sungai itu tercemar maka lambat laun tentu dapat merusak turbin dan peralatan lain pada PLTA Sigura-Gura dan PLTA Tangga, yakni sumber tenaga bagi pabrik peleburan aluminium tersebut.
Sumber : ANTARA (10/11/1988)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku X (1988), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 382-383.