PT. PUPUK KUJANG LAKUKAN DIVERSIFIKASI USAHA

PT. PUPUK KUJANG LAKUKAN DIVERSIFIKASI USAHA

 

 

Cikampek, Antara

PT. Pupuk Kujang yang memproduksi sekitar 970 ribu ton pupuk urea per tahun, akan terus berupaya membangun pabrik-pabrik kimia lainnya sebagai langkah diversiflkasi usaha, demikian Dirut PT Pupuk Kujang Ir. Wardijasa di Cikampek, Kamis.

Pabrik pupuk urea yang berlokasi di Desa Dawuan, Cikampek, Jawa Barat dan diresmikan Presiden Soeharto Desember 1978 itu, sedang membangun dan merencanakan pembangunan sejumlah pabrik kimia lainnya untuk memanfaatkan produk/limbah pabrik tersebut yang selama ini terbuang, kata Wardijasa kepada rombongan Komisi VI DPR dipimpin R. Kartidjo, ketika melakukan kunjungan kerja empat hari ke berbagai perusahaan di DKI dan Jawa Barat.

Pabrik tersebut antara lain pabrik amonium nitrat, asam formiat, katalis, hidrogen peroksida dan monosodium glutamat.

Dijelaskan, nantinya pabrik asam formiat dan katalis yang produknya dibutuhkan untuk industri karet, tekstil, dan pengolahan minyak bumi itu, merupakan satu-satunya yang terdapat di Asia Tenggara.

PT. Pupuk Kujang, menurut Wardijasa yang juga Dirjen Kimia Dasar, Departemen Perindustrian, dalam pelita V merencanakan membangun pabrik Pupuk Kujang II, mengingat makin meningkatnya kebutuhan pupuk urea baik di dalam maupun luar negeri.

Iajuga menjelaskan kepada Komisi VI bahwa pihaknya melakukan diversiflkasi usaha lainnya dengan dimulainya pembangunan pabrik kemasan untuk memenuhi kebutuhan jerigen plastik untuk bahan-bahan kimia cair seperti asam formiat, amonium nitrat cair dan hidrogen peroksida.

Pabrik kemasan tersebut merupakan usaha patungan antara Yayasan Dana Pensiun PT. Pupuk Kujang dengan perusahaan swasta nasional PT. Megatara Tritama. Pabrik kemasan tersebut diharapkan selesai September 1989, katanya.

Dijelaskan pula, kawasan PT. Pupuk Kujang yang luasnya sekitar 5.000 hektar diupayakan dalam Pelita V menjadi zona industri seperti zona-zona industri lainnya di Indonesia.

Dalam kunjungan kerja Komisi VI ke Jatiluhur, Dirut Perum Otorita Jatiluhur (POJ), Ir. Sufrani Atmakusuma menjelaskan, kapasitas produksi tenaga listrik POJ menurun secara drastis antara lain disebabkan pengisian waduk Cirata.

Namun dengan koordinasi dan pengaturan bersama antara POJ dengan PLN, masalah tersebut dapat diselesaikan dengan kompensasi pihak PLN kepada POJ.

Dalam tahun 1987-1988 kompensasi PLN yang diterima POJ sekitar delapan miliar rupiah, sedang pada 1988-1989 hanya sekitar satu setengah miliar rupiah.

Menjawab pertanyaan anggota Komisi VI, Ir.Tajudin Noer Said menengai harga jual listrik kepada PLN yang per Kwh-nya sebesar Rp 13,50, Direksi POJ menyatakan, harga itu ditentukan sepihak oleh Departemen Pertambangan dan Energi.

Ia menjelaskan, harga per-Kwh listrik menurut perhitungan POJ setelah diperhitungkan biaya penggantian dan peremajaan mesin turbin dan suku cadang lainnya ialah Rp 22 per Kwh.

Waduk Jatiluhur yang telah beroperasi selama 21 tahun itu dirancang dengan estimasi ketahanan untuk kurun waktu 200 tahun, tambahnya.

 

 

Sumber : ANTARA(06/04/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 410-411.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.