RRC TIDAK ADA KESULITAN UNTUK MEMBAHAS TEKNIS NORMALISASI

RRC TIDAK ADA KESULITAN UNTUK MEMBAHAS TEKNIS NORMALISASI

 

 

Jakarta, Antara

Ketua delegasi perunding RRC dan RI sependapat bahwa mereka tidak akan menghadapi kesulitan berarti dalam membicarakan masalah teknis dalam rangka normalisasi hubungan kedua negara yang dibekukan 22 tahun lalu.

“Masalah mendasar sudah dibicarakan di Tokyo oleh Presiden Soeharto dan Menlu Qian Qichen (Februari lalu). Kini tinggal teknisnya saja, dan saya yakin masalah ini mudah diselesaikan karena kita memang ingin bekerjasama,” kata Xu Duxin, yang juga memangku jabatan Asisten Menlu Cina, kepada wartawan setibanya di Bandara Soekarno-Hatta, Senin.

Delegasi Cina terdiri atas tujuh orang, dua juru bahasa dan seorang sekretaris. Mereka disambut oleh Dirjen Politik Deplu John Louhannapessy, yang akan menjadi ketua delegasi RI.

Mereka direncanakan berada di Jakarta sampai Sabtu dan perundingan teknis mengenai normalisasi itu dimulai Selasa pukul 15.00 WIB di Hotel Indonesia.

Menjawab wartawan saat menunggu tamunya itu, John Louhanapessy mengatak:an, pihak Indonesia tidak: melihat ada masalah yang sulit dalam diskusi masalah-masalah teknis itu.

“Jadi harapan kita adalah pembicaraan itu dapat diselesaikan secepatnya. Kalau kita bisa selesaikan sekarang, tentu tidak perlu ada pertemuan lain (di tingkat pejabat tinggi),” kata John.

John membenarkan bahwa masalah utang Indonesia sekitar 50 juta US dolar dan bunganya, kewarganegaraan, lokasi kedutaan besar serta personilnya, akan merupakan bagian dari pembicaraan itu.

Dalam masalah utang, kedua pihak akan mengadakan perbandingan angka­angka, kata John tanpa menyebutkan angka yang disodorkan Cina.

Ketika ditanya target RI dalam penyelesaian masalah utang itu, apakah penghapusan atau penjadwalan pembayaran, John hanya mengatak:an “kita cari penyelesaian sebaik mungkin bagi kepentingan kita.” Anggota delegasi RI akan terdiri dari para pejabat yang terkait, seperti dari imigrasi, Hankam, Deplu, Kadin, Bank Indonesia, dan Pemda DKI, yang dapat menentukan lokasi Kedubes Cina itu, yaitu di sekitar Jalan Thamrin, Sudirman atau Rasuna Said.

Ketika ditanya target tertentu dalam diskusi teknis pertama ini, John mengatakan “kita akan menyelesaikan pembicaraan teknis serapih dan secepat mungkin.”

Sejak pertemuan antara Presiden Soeharto dan Qian Qichen, terjadi pertemuan pada tingkat kepala perwakilan masing-masing di PBB.

Demikian juga antara kedua menlu di Paris ketika keduanya mengikuti Konferensi Internasional masalah Kamboja Agustus lalu.

Kedua pihak kemudian menyetujui untuk mengadakan pembicaraan teknis di kedua ibukota masing-masing. Jakarta mendapat giliran pertama. Pembicaraan di ibukota itu didasarkan pada aspek efisiensi.

 

 

Sumber : ANTARA (04/12/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 366-367.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.