Saatnya Madhek Pandito

Surabaya, 23 Agustus 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

Jl. Cendana No. 8

Jakarta

SAATNYA MADHEK PANDITO [1]

 

Salam hormat dari saya,

Saat ini negara Indonesia mengalami Proses Berat, dan banyak orang yang memojokkan Bp. Soeharto sekeluarga.

Sebagai seoang rohaniawan saya memandang dari sudut pandang Illahi, dan saya menemukan sesuatu yang luar biasa tentang bangsa ini.

Secara pribadi saya sangat menghormati Bapak Soeharto. Sepertinya setiap keputusan yang Pak Harto ambil, selalu di luar jangkauan pikir manusia. Namun saya tahu, di balik itu tangan Tuhan yang berkarya.

Memang orang yang dipakai sebagai penyalur Aspirasi Kudus dari Allah Yang Maha Tinggi kadang terlihat Kontraversial dan sering kali dihujat/ditentang serta dikucilkan banyak orang. Oleh karena itu sejukkanlah hatimu, Pak Harto.

Banyak orang yang dahulu dekat sama Pak Harto, dahulu “mundhuk-mundhuk”, sekarang berubah pikiran, merasa diri hebat, banyak ngomong, dan balik menikam Pak Harto.

Yang jelas, yang akan dipilih oleh Tangan Tuhan adalah orang yang Teguh hatinya, berjiwa besar, pemaaf, orang yang memiliki prinsip Hidup. Dan andaikata Pak Harto masih muda seperti dulu, tentu Pak Harto memiliki tanda-tanda seperti itu.

Sebagai manusia saya tahu Pak Harto juga punya kelemahan dan kesalahan. Namun itu bukan menjadi penghalang bila tangan Tuhan menghendaki segala sesuatu.

Betul, inilah saatnya Pak Harto Madek “Pandhito”, biarpun banyak orang yang mencemooh, menghujat, menyudutkan Pak Harto; Kita serahkan negeri ini ke tangan Tuhan. Tuhan yang memilih pimpinan untuk negeri ini. Sebab sesungguhnya negeri ini membutuhkan Pemimpin yang berjiwa besar, berhati nurani luhur. Bukan orang-orang yang “keminter” banyak ngomong dan bermoral rendah.

Pak Harto yang sangat saya hormati, ketahuilah bahwa masa-masa ini adalah masa-masa menjelang Akhir jaman. Di mana akan terjadi Tujuh tahun masa Panen Raya dan Tujuh Tahun Kelaparan Besar. Negeri ini memerlukan sosok pimpinan/tokoh yang berkarakter seperti Nabi Yusuf yang berjiwa besar, tidak pendendam, dan berhati arif dan bijak. Dan bila tokoh ini sudah diorbit oleh Allah maka negeri ini akan selamat dari kelaparan dan dari berbagai macam bencana. Terima kasih Pak Harto atas perjuangan selama ini. (DTS)

Surabaya, 23 Agustus 1998

Pdt. Petrus M. Isa, B.S

Surabaya

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 539-540. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.