SATU-SATUNYA JAWABAN TERHADAP TANTANGAN ASEAN

HM Soeharto dalam berita

Konsepsi Ketahanan Nasional

SATU-SATUNYA JAWABAN TERHADAP TANTANGAN ASEAN [1]

 

Jakarta, Kompas

Presiden Soeharto memberitahu PM Thanin Kravichien, bahwa satu-satunya jawaban terhadap berbagai tantangan yang dihadapi negara-negara ASEAN adalah konsepsi ketahanan nasional. Ia menyatakan itu dalam jamuan kenegaraan, Jum’ at malam, di lstana Negara untuk menghormat kunjungan PM Muangthai tersebut.

Presiden mengakui, segala usaha untuk membangun masyarakat selama ini masih dibatasi berbagai kekurangan. Ditambah lagi dengan seringnya gangguan dan hambatan dari kekuatan-kekuatan luar yang tidak mengindahkan kepentingan negara-negara ASEAN.

Ia katakan, negara – negara ASEAN umumnya masih kekurangan modal, pengetahuan dan ketrampilan modern untuk menggali kekayaan alam dan menggerakkan ekonomi secara rasionil. Sebagian negara – negara itu kini sedang melakukan penyesuaian dari nilai – nilai kepribadian yang berakar dari kebudayaan dan sejarahnya dengan tuntutan – tuntutan kemajuan.

“Dalam keadaan demikian tubuh kita sangat rawan terhadap gangguan. Lebih­lebih karena adanya konflik kekuatan – kekuatan dunia yang sering menjadikan wilayah kita jadi ajang pertarungan dan perebutan pengaruh, baik terang – terangan maupun terselubung!” kata Presiden.

Harus Cepat

Kepada PM Thanin, ia jelaskan konsepsi ketahanan nasional yang meliputi ketahanan ideologi nasional, politik, ekonomi, sosial-budaya dan pertahanan keamanan. Presiden berpendapat, dari semua bidang tersebut, ekonomi merupakan mata-rantai yang terlemah. Karena itu pembangunannya harus dijadikan prioritas.

Ia tekankan, dengan mewujudkan ketahanan nasional berarti memberi sumbangan bagi terwujudnya ketahanan regional, terutama lewat wadah ASEAN. Tanpa menyinggung hal-hal konkrit, Presiden mengingatkan pula perlunya ASEAN segera mewujudkan hasil-hasil yang disepakati KTT di Bali. Hal ini harus dilakukan cepat,

“karena kita sadar akan desakan-desakan waktu dan masalah yang kita hadapi, yang apabila tidak segera kita tangani, masalah dan tantangan-tantangan baru akan menyerbu kita!”, demikian Presiden.

Thanin: Bilateral & ASEAN

Jamuan kenegaraan itu dihadiri pula oleh Ny. Tien Soeharto, Wakil Presiden Hamengkubuwono, para menteri, serta para pejabat lain dan korps diplomatik.

PM Thanin dalam sambutan yang rupanya disiapkan cukup mendadak antara lain menegaskan kunjungannya ini untuk lebih terjaminnya kerjasama bilateral, agar hubungan kedua negara benar-benar memperoleh perhatian.

Ia juga menjamin, pemerintahnya seperti halnya pemerintah-pemerintah Muangthai yang terdahulu, sama sekali tidak akan mengurangi perhatian bagi ASEAN serta kegiatannya. Ia berpendapat organisasi kerjasama ini suatu hal yang baik sekali dan melihat jauh ke depan. Dalam pidatonya itu PM Thanin sama sekali tidak menyinggung soal-soal konkrit seperti kerjasama militer ASEAN dan sebagainya yang cukup dihebohkan. Bahkan secara tak langsung ia berpendapat, adanya perbedaan dalam politik dan ekonomi diantara negara-negara Asteng, ditambah lagi pergolakan yang timbul, tidaklah mempengaruhi ASEAN dalam mengusahakan kerjasama yang konstruktif dan damai.

Selesai jamuan makan, diadakan pertunjukkan kesenian berupa berbagai tarian daerah dan musik. Sebelum jamuan, antara PM Thanin dengan tuan dan nyonya-rumah diadakan tukar-menukar tandamata. PM Muangthai itu memberikan sebuah kotak cerutu dari perak untuk Presiden; sedang Presiden memberikan sebilah keris Bali, dan Ny. Tien Soeharto menitipkan taplak meja batik untuk Ny. Thanin yang tak ikut datang ke Jakarta.  (DTS)

Sumber: KOMPAS (11/12/1976)

 

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 112-113.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.