Saya Bingung

Buat yang tetap saya sayangi

Bapak Muhammad Soeharto

Jl. Cendana No. 8

di Jakarta

 

SAYA BINGUNG [1]

 

Assalamu’ alaikum wr. wb.

Sebelum saya menulis kata-kata ini, saya berharap semoga Bapak selalu didampingi kesehatan, kesabaran dan keteguhan iman. Amin.

Saya sangat sedih dengan apa yang Bapak alami. Rasanya, kalau saya orang mampu, saya ingin kerumah Bapak untuk turut merasakan apa yang Bapak rasakan. Jasa Bapak yang bertahun-tahun takkan saya lupakan. Terus terang, saya bingung dengan apa yang terjadi di negara kita ini. Saya sedih melihat rakyat, saya juga ikut merasakan apa yang terjadi.

Akibat KKN, banyak anak putus sekolah, banyak orang kaya makin kaya, orang miskin diinjak. Kalau saja saya nanti menjadi orang mampu saya ingin menjadi orang yang tulus, ingin membantu negara dan rakyat kecil. Do’ain ya Pak, semoga cita-cita saya tercapai.

Saya boleh nggak minta sesuatu buat kenang-kenangan. Saya minta foto Bapak beserta keluarga dan saya minta beasiswa. Oh tidak, saya tahu beasiswa itu kan berupa uang, nanti mengganggu keuangan Bapak. Yang penting, apa yang Bapak berikan berguna sekali buat saya, sampai mati.

Sudah ya Pak, sudah adzan subuh, saya mau sholat dulu. Gugur bunga karena angin, gugur bangsa karena KKN. Jagalah selalu kesehatan Bapak. (DTS)

Wassalamu’ alaikum wr. wb.

Eva Dahliani Safitri

Sumatera Barat

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1002. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.