Malang, 3 Juni 1998
Kagem Bapak Suharto
Ing Dalem
SAYA HARAP BAPAK SANTAI SAJA [1]
Dengan hormat,
Saya berdo’a semoga Bapak Suharto dalam keadaan sehat wal ‘afiat.
Bersama surat ini saya ikut mendukung apa keputusan Bapak Suharto yang diputuskan. Saya tidak menutup mata bahwa kalau tidak ada Bapak mungkin saya tidak akan mengalami hidup yang aman dan bahagia, walau toh saya orang miskin.
Almarhum Bapak saya adalah Veteran yang menerima pensiun, isteri saya waktu sekolah juga dapat beasiswa Supersemar selama 2 tahun. Jadi bagaimanapun kami sekeluarga ikut menikmati sumbangan dari Bapak Suharto.
Pak Harto yang saya hormati,
Biarlah surat kabar, televisi dan banyak orang menjelekkan Bapak. Mereka tidak tahu atau pura-pura tidak tahu karena semua itu hanyalah orang yang iri dan tidak dapat jabatan atau sakit hati. Yang penting Bapak sekarang santai saja di rumah sambil momong wayah. Tidak usah bingung karena masih banyak orang yang mencintai Bapak termasuk saya sekeluarga.
Demikian Bapak surat dari saya yang hanya seorang sopir Bus dan istri saya Guru SMP.
Sembah sungkem kagem Bapak soho keluarga ing Jalan Cendana, dalem tenggo balasan Pak, saya minta alamat Mbak Tutut. (DTS)
Danang Indra
Jawa Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 333. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.