Saya Menangis

Yogyakarta, 29 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di Jakarta

SAYA MENANGIS [1]

Saya sebagai rakyat kecil yang hina dan dina selalu berdo’a semoga Bapak selalu dalam lindungan-Nya (Allah Swt) dan selalu diberikan kesehatan dan dapat membimbing putra-putrinya dengan baik. Bapak yang saya hormati, saya secara pribadi selalu menjunjung tinggi para pendiri, pembangun bangsa ini walaupun saya adalah yang bodoh dan belum begitu merasakan kemakmuran bangsa ini. Dalam diri saya yang hina ini kadang ingin menangis jika melihat perkembangan kehidupan bangsa Indonesia tapi apa boleh buat tangan saya dan pikiran saya tak mampu untuk berbuat yang terbaik buat bangsa dan negara seperti apa yang pernah Bapak Soeharto berikan pada bangsa dan negara selama Bapak memimpin Indonesia.

Bapak Soeharto saya secara pribadi dan dalam lubuk hati yang paling dalam juga mohon agar Bapak Soeharto mendo’akan kepada pemimpin-pemimpin bangsa yang sekarang mengemban tugas semoga jerih payah dan pengorbanan Bapak Soeharto selama memimpin bangsa ini tidak hancur berantakan.

Ingin rasanya saya secara pribadi melihat Bapak Soeharto lagi, tetapi keadaan yang tidak memungkinkan, saya yakin seyakin-yakinnya Bapak Soeharto selalu dalam keadaan sehat wal’afiat tidak kurang suatu apa dan saya selalu ingat dan berdo’a agar Bapak Soeharto selalu tegar di dalam menghadapi cobaan hidup ini.

Bapak Soeharto yang saya cintai dan hormati.

Saya sebagai rakyat kecil yang hanya bisa melihat Bapak lewat TV dan saya yang masih muda ini merasakan betapa berat cobaan yang dihadapi Bapak Soeharto, tapi saya secara pribadi yakin bahwa Bapak akan sanggup dan bisa menghadapi cobaan ini dan saya yakin pengalaman Bapak seperti yang pernah saya baca atas diri Bapak di dalam menghadapi badai tahun-tahun yang lalu.

Bapak Soeharto yang saya hormati, sekali lagi saya selalu berdo’a semoga Bapak tabah menghadapi cobaan ini, bukan berarti saya ingin diperhatikan Bapak tetapi saya sebagai manusia tidak akan melupakan jasa-jasa pendiri, pembangun bangsa ini.

Bapak Soeharto, apabila dalam surat saya ini tidak berkenan di hati Bapak, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, dan jika berkenan menerima surat ini saya mohon untuk dibalas dan minta do’a restunya.

Saya ingin mendambakan seorang Bapak seperti Bapak Soeharto.

Bapak Soeharto salam untuk putra-putri serta cucu Bapak semoga selalu dalam kebutuhan dan selalu mendapatkan Ridlo dari Allah Swt. Amin. (DTS)

Hormat saya,

Budi Santoso

Yogyakarta

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 309-310. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.