Kotamobagu, 1 Juli 1998
Kepada
Yth. Bapak H. Muhammad Soeharto
di Jakarta
SAYA RINDU [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan hormat,
Pertama-tama kami sampaikan salam sejahtera, kepada Bapak bersama keluarga dengan teriring harapan semoga Bapak senantiasa dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa, Insya Allah.
Bapak Haji Muhammad Suharto yang kami cintai, tidak berlebihan, kalau kami menyatakan rasa rindu pada Bapak. Biasanya rasa rindu dan kangen kami bisa terobati melalui layar kaca, namun saat ini, kami telah kehilangan. ltulah sebabnya, kami menulis surat ini, agar bisa mengobati kerinduan kami pada Bapak.
Bapak Haji Muhammad Soeharto yang budiman, dulu masih ada Bapak yang memimpin negara ini kehidupan kami sejahtera dan bahagia. Tapi setelah Bapak tidak mimpin lagi, keadaan kehidupan keluarga kami sangatlah memprihatinkan bahkan, anak-anak pun tidak dapat melanjutkan pendidikan.
Dengan kondisi ini kami mohon petunjuk Bapak.
Demikianlah sekelumit harapan kami kepada Bapak, tak lupa sekali lagi kami berdoa semoga Bapak dan keluarga dalam keadaan sehat wal’afiat. (DTS)
Hormat kami,
Kel. Munif H. Ismail
Kotamobagu – Sulawesi Utara
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 496. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.