Gorontalo, 28 Mei 1998
Kepada
yth. Bapak Soeharto
Mantan Presiden RI.
di Tempat
SAYA TERKEJUT [1]
Dengan hormat,
Melalui surat ini saya ingin menumpahkan perasaan saya dan keluarga dan umumnya masyarakat Gorontalo-Sulut. Bahwa kami merasa terkejut dan sangat terpukul atas berhentinya Bapak sebagai Presiden RI, sebab saya dan keluarga adalah orang-orang yang sangat mengagumi dan mencintai Bapak. Terus terang pak! Bahwa saya dan keluarga menangis saat melihat dan mendengar Bapak berhenti jadi Presiden, dan saat Bapak meninggalkan istana. Kami merasa sangat kehilangan Pak!
Kami semua tahu, betapa tulusnya Bapak memimpin negara ini, tetapi mengapa masih ada orang-orang yang iri dan tidak puas atas kepemimpinan Bapak. Kami hanya orang-orang kecil, tetapi kami sudah merasakan pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini.
Pak Harto yang sangat kami cintai!
Walaupun Bapak bukan Presiden lagi, tapi jasa dan pengabdian Bapak yang begitu besar, selama 32 tahun tidak akan pernah terlupakan oleh rakyat Indonesia yang sangat mencintai Bapak.
Kami sekeluarga selalu berdoa dalam Sholat, agar Pak Harto dan keluarga selalu sehat dan dilindungi oleh Allah Swt Amin. Maafkan saya bila lancang menulis surat kepada Bapak. (DTS)
Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum wr. wb,
Sembah sujud kami,
Asmin Khatib
Kab. Gorontalo
Sulawesi Utara
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 246. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.