Harapan Presiden Soeharto
SEMANGAT DAN KOMITMEN ANGKATAN 66 TERHADAP ORBA AGAR DIPELIHARA
Presiden Soeharto minta semangat dan komitmen Eksponen 66 terhadap perjuangan Orde Baru tetap dipelihara dengan sebaik-baiknya dan generasi diharapkan lebih mampu melaksanakan Pancasila sebagai satu-satunya asas bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Harapan itu disampaikan dalam rangka menyambut penyelenggaraan Peringatan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang puncak acaranya akan berlangsung di Basket Hall Senayan, 10 Januari mendatang.
Menteri Pemuda dan Olahraga, Dr. Abdul Gafur yang menerima titipan harapan Kepala Negara itu di kediaman Jalan Cendana Sabtu lalu mengatakan pada pers harapan itu sejalan dengan thema peringatan tahun ini yang berbunyi,
“Meningkatkan hubungan batin antara ABRI, Rakyat dan Eksponen 66 dalam melanjutkan pembangunan ekonomi dan politik berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila.”
Rangkaian acara-acara peringatan itu telah dimulai sejak Sabtu lalu berupa penyelenggaraan diskusi mengenai komitmen Eksponen 66 terhadap perjuangan Orde Baru bertempat di Graha Pemuda, Jakarta, kemudian dilanjutkan Ahad pagi kemarin berupa penyelenggaraan gerakjalan (long march) oleh puluhan regu pemuda dan Eksponen 66 dari Markas Besar Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) ke Lobang Buaya di lokasi Monumen Pahlawan Revolusi.
Ribuan pemuda-pelajar yang mernperingati Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) dengan melakukan “long march” dari markas Kostrad menuju Lubang Buaya itu Minggu pagi dilepas oleh Menpora Abdul Gafur.
Para peserta yang berpakaian menurut kelompoknya masing-masing itu memadati jalan menjadi warna-warni. Beberapa di antaranya memakai kaos putih dengan tulisan Orde Baru di punggungnya.
Mereka berjalan berkelompok maupun perorangan sepanjang jalan Markas Kostrad – Jalan Cikini – Jalan Diponegoro – Jalan Matraman – Jatinegara – Kramat Jati lalu belok ke kiri menuju Lubang Buaya.
Menurut Gafur, route long march itu sengaja dipilih route perjalanan Mayjen Soeharto yang waktu itu sebagai Panglima Kostrad tanggal 4 Oktober 1965 pagi, ketika bergerak menuju Lobang Buaya dalam rangkaian kegiatan penumpasan G 30 S/PKI.
Route itu mulai dari Markas Besar Kostrad di Jalan Medan Merdeka Timur menuju Cikini, terus ke Jalan Diponegoro, masuk ke Jalan Matraman Raya menuju Jatinegara, kemudian ke Kramat Jati, membelok ke kiri ke arah Pondok Gede, menuju ke Lobang Buaya.
Kepada Gafur, Presiden menjelaskan, Jalan Pramuka dan Jakarta By Pass sengaja tidak dilalui dalam route perjalanan Mayjen Soeharto yang kini Presiden RI, karena waktu itu masih ada keraguan, Kompleks Halim Perdanakusumah belum begitu bersih dan mungkin saja sisa-sisa G 30 S/PKI masih berkeliaran di sana.
Di Lobang Buaya, Pangkostrad menyaksikan penggalianjenazah ke tujuh Pahlawan Revolusi dikeluarkan dari sumur tua kering yang ditambah tanah oleh para pelaku pembunuhan pahlawan itu. Sumur tua itu sendiri ditemukan oleh C.J. Santoso dan anggota pasukan RPKAD (kini Kopasanda) pada tanggal 3 Oktober 1965.
Tritura itu sendiri dicetuskan pada tanggal 10 Januari 1966 di Universitas Indonesia kemudian para mahasiswa waktu itu bergerak menuju Sekertariat Negara untuk menyampaikannya kepada Waperdam Chairul Saleh. Tetapi karena Chairul Saleh tidak di tempat, barulah Tritura itu disampaikan kepada Presiden Soekarno tanggal 18 Januari duapuluh tahun lalu di Istana Bogor.
Kaitannya dengan tuntutan pembubaran PKI, Gafur mengatakan, secara fisik PKI memang sudah dibubarkan, tetapi tetap penting kewaspadaan terhadap ideologi komunisme untuk tidak muncul kembali di Indonesia.
Mengenai tuntutan pembubaran Kabinet Ampera, juga mengandung jiwa terciptanya suatu pemerintahan yang kuat, bersih dan berwibawa. Sedang tuntutan penurunan harga juga mengandung arti, bagaimana meningkatkan pembangunan ekonomi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
“Dibandingkan dengan dulu, sekarang memang sudahjauh lebih baik, daya beli masyarakat sudah lebih tinggi,” kata Gafur.
Diskusi dan Puncak Acara
Diskusi yang dihadiri oleh para Eksponen 66 yang datang berbagai daerah dan Jakarta berlangsung sehari penuh Sabtu lalu, menurut dimaksudkan untuk membangkitkan kembali semangat dan komitmen Eksponen 66 terhadap Perjuangan Orde Baru.
Para pejabat pelaksana pemerintahan dan Eksponen 66 yang dianggap mampu menguasai permasalahan nasional memberikan berbagai pandangan dan argumentasi dalam diskusi tersebut.
Hasilnya akan di sarnpaikan kepada Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Ketua Bappenas Prof. Dr. J.B. Soemarlin untuk dijadikan bahan bagi penyusunan program pernbangunan selanjutnya.
Dalam puncak acara tanggal 10 Januari mendatang, Pangab/Pangkopkamtib Jenderal L.B. Moerdani diharapkan kesediaannya untuk memberikan pengarahan.
Sedang pembicara dari kalangan Eksponen 66 akan tampil Drs. Cosmas Batubara, Menteri Perumahan Rakyat yang juga merupakan Eksponen 66.
Menurut Gafur, dari basil pendataan yang dilakukan, dewasa ini terdapat sekitar 1.000 orang Eksponen 66 yang sudah mantap dalam kedudukannya di berbagai profesi di Jakarta. (RA)
…
Jakarta, Pelita
Sumber : PELITA (05/01/1987)
—
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 6-8.