Banjarmasin, 2 September 1998
Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
Jl. Cendana No.6
di Jakarta
SEMOGA BAPAK KHUSNUL KHOTIMAH [1]
Assalamu’ alaikum wr. wb.
Pertama-tama saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak yang telah sudi membalas surat saya dan terlebih lagi petuah dan saran Bapak yang sangat berharga buat saya, karena pada dasarnya saya tidak percaya dan yakin surat saya dibalas oleh Keluarga Cendana, mengingat ada yang mengatakan bila kita berkirim surat ke Cendana tak bakalan dibalas.
Melihat keadaan sekarang saya sangat sedih, sebagai orang awam, dampaknya sangat terasa sekali oleh kami. Namun saya bangga dengan kebesaran dan ketegaran jiwa Bapak menghadapi hujatan yang ditujukan kepada Bapak. Jasa-jasa Bapak yang banyak sekali terhadap keutuhan bangsa ini seakan-akan terlupakan, ibarat pepatah panas setahun lenyap oleh hujan sehari.
Insya Allah, semoga Bapak Khusnul Khotimah, selalu dalam lindungan-Nya diberikan kesehatan, keselamatan dan kekuatan iman. Karena pada dasarnya Bapak sudah beberapa kali berhaji, bertagjiah (berkunjung) ke Makam Rasulullah, berdoa di pancuran emas, sembahyang sunat di dalam Ka’bah, ini merupakan suatu yang selalu menjadi impian setiap muslim.
Yang mengherankan, orang yang dulu dekat dengan Bapak banyak yang lupa diri, ibarat pepatah kacang lupa kulitnya. Sekali lagi semoga Bapak H. M. Soeharto diberikan keselamatan dan rahmat. Amin Ya Robbal’ alamin. (DTS)
Wassalamu’ alaikum wr. wb.
Hormat saya,
Ananda
A. Muji S.
Banjarmasin
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 506. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.