Semoga Diberi Jalan Terang

Jakarta, 28 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

Jl. Cendana – Menteng

Jakarta Pusat

 

SEMOGA DIBERI JALAN TERANG [1]

 

Dengan hormat,

Tanggal 21 Mei 1988 yang lalu, sewaktu Bapak mengucapkan pengunduran diri sebagai presiden Republik Indonesia, berbagai macam perasaan bercampur aduk dalam diri saya. Sedih, terharu, di samping bangga melihat Pak Harto yang begitu tegar. Biar bagaimana-pun Bapak telah banyak berjasa kepada Republik tercinta ini.

Hal yang membuat saya bersedih adalah melihat orang-orang yang dulu begitu dekat dengan Pak Harto, menyanjung-nyanjung, kini berbalik arah mengikuti arus angin yang lebih menguntungkan buat dirinya.

Pak Harto, saya dapat memahami bagaimana situasi yang sedang Bapak hadapi saat ini. Semoga Allah Swt, selalu memberikan jalan terang dan terbaik bagi Pak Harto. Dengan tenaga dan pikiran yang saya miliki, apa yang dapat saya lakukan untuk membantu Pak Harto dalam meringankan masalah yang sedang Bapak hadapi.

Saya rakyat biasa, profesional di bidang marketing yang sebagian besar karir saya di perusahaan multinational. Usia saya sekarang 46 tahun. Akhir kata, saya mendo’akan agar Pak Harto selalu tabah dan tawakal dalam menghadapi situasi ini. (DTS)

Hormat kami,

Hirun Kustanto

Jakarta

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 1006. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.