Ujung Pandang, 7 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak. H. M. Soeharto
(Bapak Pembangunan)
Yang saya cintai di Jakarta
SEMOGA DIBERI KEKUATAN LAHIR BATIN [1]
Dengan Hormat,
Saya sangat mencintai dan merindukan Bapak karena selama ini tidak pernah lagi muncul di TV atau di media cetak. Bagaimanapun Bapak adalah mantan presiden RI yang banyak membuat kemajuan di negeri ini, termasuk saya pribadi.
Bapak yang tercinta,
Aku memohon kepada Tuhan, agar Bapak diberi kesehatan dan diberi kekuatan iman lahir dan batin. Bapak jangan banyak berfikir, jagalah kesehatan Bapak baik-baik. Semua yang Bapak hadapi sekarang ini adalah cobaan dari Allah yang Maha Kuasa.
Sekalipun aku adalah rakyat biasa yang dilahirkan di desa di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan dan tidak pernah bertemu langsung dengan Bapak selama ini. Tapi aku sedih. Bapak bagaikan Bapak kandungku sendiri yang hadir dalam hidupku, sehingga begitu Bapak berhenti jadi presiden RI aku merasa kehilangan. Aku sedih, aku hanya bisa berdoa semoga Bapak selalu dalam lindungan Allah Yang Maha Esa. Pekerjaan saya sebagai petugas asuransi. (DTS)
Dari anak Bangsa,
Mail Achmad
Ujung Pandang
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 134. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.