Sukabumi, 5 Juni 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
Jalan Cendana
Jakarta Pusat
SEORANG BERIMAN YANG MENDALAM [1]
Lewat surat ini saya seorang biarawati Ursulin sederhana dari Sukabumi hendak menyampaikan pikiran dan perasaan saya sehubungan dengan suara-suara lisan maupun tertulis dalam media massa yang bernada jelek, penuh kebencian dan dendam terhadap pribadi Bapak.
Saya sungguh risi dan ngeri akan kata-kata buruk itu. Saya percaya Bapak berpribadi arif, mendalam dan beriman sungguh, sehingga dapat menerima segala cercaan dengan suasana hati yang baik tanpa kegeraman. Di saat-saat menjelang Bapak mengundurkan diri dari jabatan sebagai presiden, saya sudah berdo’a untuk Bapak dan ikut menghayati perasaan dan kesedihan Bapak. Terima kasih tak terhingga saya ucapkan kepada Bapak karena tidak ingin mempertahankan kekuasaan dengan kekerasan tetapi rela mundur atas permintaan rakyat. Terima kasih tak terhingga pula atas pembangunan yang boleh dinikmati bangsa Indonesia selama pemerintahan Bapak. Segala jasa besar takkan terlupakan selamanya.
Saya mohon Bapak sudi memaafkan saudara-saudara saya sesama rakyat Indonesia yang terlalu dikuasai emosi, kebencian, ikut-ikutan memaki. Sebagian besar rakyat Indonesia yang berakhlak luhur menghendaki refomasi tanpa melanggar tata krama dan sikap hormat terhadap sesama manusia, sekalipun sesama itu berbuat kesalahan. Pasti banyak di antara bangsa Indonesia yang seperasaan dan sepikiran dengan saya entah itu diutarakan atau tidak secara eksplisit.
Demikian pernyataan yang tulus dari seorang warga negara Indonesia kepada mantan Presiden. (DTS)
Hormat saya,
Sr. Blandina Osu
Biarawati Ursulin – Sukabumi
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 312. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.