Los Angeles, Juni 28 ’98
Dear
Pak Harto
SEPERTI YANG YESUS LAKUKAN [1]
Barangkali surat ini tidak pernah akan sampai ke tangan Bapak, mungkin disensor atau barangkali dibuang ke tempat sampah, tapi bagaimanapun juga saya ingin menuliskan surat ini.
Terima kasih untuk perjuangan Bapak, kalau tidak mungkin Indonesia udah seperti Myanmar, … atau Kamboja … yang dikuasai Komunis. Saya bukanlah siapa-siapa … orangtua saya pengusaha kecil di Irian Jaya. Dan mereka, adalah keturunan Tionghoa, sedangkan saya dengan kemurahan Tuhan, bisa ada di Amerika … Ini dengan mengimport ikan hias Dalam Krisis moneter ini saya berbuat sebisa saya .., Dengan mengirim Dolar ke Indonesia … walaupun kecil sekali dan sangat tidak berarti.
Saya merasa prihatin sekali, begitu cepat rakyat berbalik mencerca Bapak, saya bisa mengerti perasaan Bapak, dan keluarga … saya ingat kisah Yesus sebelum disalibkan dia begitu dielu-elukan di pintu gerbang Yerusalem … orang-orang menyambut dia sebagai raja. Mereka menghamparkan jubahnya di jalanan untuk dilewati oleh Keledai yang ditunggangi Yesus … dan mereka meneriakkan Hossana bagi anak Daud … Berkatilah dia yang datang dalam nama Tuhan … dan mereka melambai -lambaikan daun palem untuk menghormati dia. Tapi seminggu kemudian … orang-orang yang sama, yang meneriakkan kata-kata pujian itu … Meneriakkan kata – kata yang keji … Salibkan dia … Salibkan dia Bahkan ketika Pilatus berkata inilah Rajamu … Mereka berteriak kami tidak kenal orang itu … Bahkan muridnya yang dikasihinya, yang berjalan, tidur dan makan bersama dia (Petrus) menyangkali dia dengan berkata saya tidak kenal orang itu… Kelihatannya keadaan Bapak seperti anak domba yang dibawa ke penyembelihan … dia tidak mengeluarkan sepatah katapun … Untuk membela dirinya.
Saya melihat … bagaimana Bapak dengan rela menyerahkan kekuasaan dan tidak mengeluarkan pembelaan apapun juga … Seperti yang Yesus lakukan…..
Entah mengapa saya merasa tergerak sekali untuk berdo’a untuk Bapak … Saya tahu bahwa Tuhan Yesus mengerti keadaan Bapak … sebab dia telah mengalami dan merasai situasi yang sama ….
Walaupun tidak semua tapi banyak juga saudara – saudara kami yang berdo’a untuk Pak Harto … Saya ingin mengatakan bahwa saya mengasihi Pak Harto … kalau Bapak dalam keadaan yang sulit dan gelap Ingatlah bahwa Yesus … Telah menjalani jalanan salib ini, dan dia mengerti.
Mohon maaf saya hanya memakai Po Box Sebab saya bukanlah siapa-siapa … hanya rakyat biasa… Dan minoritas … Tempat saya terlalu jauh untuk terjangkau dengan … Bisnis-bisnis besar … saat ini teman-teman pelajar Indonesia yang kebetulan keturunan Tionghoa … dan belajar di USA ini, berpuasa dan berdo’a … untuk bangsa kita … Kami tidak kelihatan … Tidak terdengar … Hampir tidak exist … Tapi kami ada … Dan saya percaya … Doa kita pasti terjawab. Kami juga tentunya berdoa untuk Pak Habibie dan keamanan di Indonesia ….
Oya, hari ini kami di sini mendapat berita … Bahwa malaikat Tuhan menampakkan diri pada seorang pendeta dari India Dan menyampaikan pesan khusus untuk Bangsa Indonesia. Diikat pinggang Malaikat tersebut bertuliskan Indonesia. Dan dia memperkenalkan diri sebagai malaikat yang menjagai Indonesia Dia mengabarkan kalau pasukan surga dan Malaikat – malaikat disuruh turun untuk menjagai Indonesia … Dan beliau mempunyai beberapa pesan – pesan khusus untuk Pak Habibie. Juga … Saya kira Pak Harto bisa tanyakan ke Pak Habibie langsung.
Salam untuk Mbak Tutut … saya selalu merasa terkesan … Dengan jawaban – jawaban Mbak Tutut yang begitu njawani … merakyat dan rendah hati.
Saya merasa Bapak … Seperti Bapak sendiri … Doa saya selalu beserta Bapak …. (DTS)
Salam dari Los Angles
Dari Nanda
Butce
Los Angeles, CA 90028 USA
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 313-314. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.