Surabaya, 26 Mei 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto dan keluarga
di Jakarta
SERAHKAN SEMUANYA KEPADA TUHAN [1]
Dengan hormat,
Kami menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus atas kepemimpinan yang telah Bapak berikan dalam memimpin bangsa, rakyat, dan negara untuk mencapai cita-cita nasional.
Dalam kepemimpinan Bapak telah banyak yang dicapai oleh bangsa dan negara kita dalam bidang pembangunan, di mana hasil-hasilnya telah dapat dirasakan oleh rakyat banyak termasuk kami sendiri. Sebagai warga negara yang juga telah menikmati hasil pembangunan selama ini, kami tetap menaruh hormat kepada Bapak walaupun Bapak tidak menjabat sebagai Presiden.
Kami sekeluraga berdoa ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa Pengasih dan Penyayang, kiranya Bapak dan keluarga selalu diberi kekuatan, kesehatan, dan tetap berada dalam perlindungan kasih sayang Tuhan.
Sebagai seorang anak bangsa kami ingin mengingatkan kepada Bapak, kiranya seluruh permasalahan hidup yang Bapak alami saat ini, Bapak serahkan kepada Tuhan karena sesuai firman-Nya: “Tuhan akan selalu menjaga dan memelihara kehidupan orang-orang yang menyerakan seluruh hidup kepada-“Nya”.
Percayalah, Tuhan tidak pernah meninggalkan Bapak seorang diri dan Tuhan akan selalu memberikan penghiburan kepada Bapak melalui anak-anak dan cucu serta cicit. (DTS)
Marcus Silanno
Kolonel Tek/502174
Sidoarjo
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 926. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.