Sholawat Munfarizah

Rancabolang, November 1998

Kepada

Bapak H. Muh. Soeharto

Mantan Presiden RI

di Jakarta

SHOLAWAT MUNFARIZAH [1]

 

Assalamu’ alaikum wr. wb.

Salam hormat kepada Bapak dari saya:

Nama                    : Kusnadi

Umur                    : 68 tahun

Status                    : a. Pensiunan PNS

   b. Pimpinan Masjid Jama Rancabolang

   c. Sekretaris MU Desa Wargakerta

   d. Pimpinan Golkar Tk. Desa

Alamat  :                  Tasikmalaya

Saya membaca di surat kabar dan melihat di siaran TV yang isinya menghujat, memfitnah dan mencaci maki Bapak. Perasaan saya sedih dan prihatin, karena tidak disangka banyak orang yang tega membenci Bapak. Adapun kepada perjuangan Bapak selama 32 tahun (1945 s/d 1998), membela nusa dan bangsa Indonesia, tidak diingat sedikit juga. Mereka tega mencaci maki Bapak habis-habisan, bahkan tidak mustahil ada yang tega mengancam jiwa.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tenangkan dan teguhkan lahir dan bathin Bapak H. Moh. Soeharto. Lindungilah keselamatan, kesehatannya, jauhkan dari hasad dan dholim orang-orang yang mungkar…..

Selanjutnya saya utarakan kepada Bapak, saya mengandung maksud, hasrat dan minat untuk memohon kepada Allah swt dengan khasiat Sholawat Munfarizah yang dibaca oleh 40 orang sebanyak 4444 kali, untuk tolak fitnah dan bahaya. Supaya afdol dibaca oleh 40 orang sebanyak 444 kali perbabak. Namun untuk uang terima kasihnya kepada orang-orang pembaca (Sholawat Mufarizah) ini, terserah kepada Bapak.

Maaf seribu maaf saya kepada Bapak, atas saran saya ini, terdorong atas dasar cinta kasih saya kepada Bapak sekeluarga. (DTS)

Rabbana atina fiddunya hasanah wafil akhiroti hasanah.

Salam hormat saya,

Kusnadi

Tasikmalaya

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 772-773. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.