Malang, 25 Mei 1998
Kepada
Yth. Bapak Haji Muhammad Soeharto
di Jakarta
SIAP MENGAWAL BANGSA DAN NEGARA [1]
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Bapak Haji Muhammad Soeharto yang kami mulyakan, mungkin dari sekian banyak Prajurit ABRI salah satunya saya yang meneteskan air mata kala Bapak mengumumkan berhenti dari Jabatan Presiden Republik Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998, meskipun nampaknya Bapak sama sekali tak ada perasaan apa-apa. Rakyat memuji dan salut atas kearifan. dan kebesaran jiwa seorang Negarawan seperti temperamen pengunjuk rasa menjadi agak reda dengan Bapak berhenti dari jabatan Presiden RI dan Kabinet Pembangunan VII tidak berlaku lagi.
Kami berdoa, semoga Bapak Haji Muhammad Soeharto diberi ketabahan dan kekuatan Iman, sehat wal’afiat serta panjang usia, sehingga dapat menikmati lengser keprabon demi keluarga dan mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Kami sebagai Prajurit Sapta Marga akan berbuat terbaik dan semaksimal mungkin, dalam mengawal Bangsa dan Negara kita ini.
Demikian ungkapan hati yang dapat kami sampaikan kepada Bapak dalam rangka kecintaan kami terhadap Bapak sekeluarga, terima kasih atas kepemimpinan Bapak yang selama 32 tahun berjalan dengan damai. Jika terdapat kalimat dan tutur kata kami yang kurang berkenan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya, semoga Tuhan YME senantiasa dan selalu membimbing dan melindungi kita semua. Amin.
Terima kasih
wassalamu’alaikum wr. wb.
Hormat kami,
Slamet, S.Sos
Malang
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 581. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.