SOEMITRO TTG PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Jakarta, Antara
Ahli ekonomi terkemuka Indonesia, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, mengatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 1986 ternyata mencapai 2,8 persen, berarti lebih tinggi dibanding perkiraannya (1,6 persen) maupun perkiraan Bank Dunia dan Dana Moneter Intemasional (2,2 persen).
“Saya terus terang mengakui kekeliruan saya dalam memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun lalu,” kata “sesepuh” ekonom itu kepada wartawan, setelah ia berkonsultasi dengan Presiden Soeharto di Bina Graha Jakarta, Selasa siang.
Melihat daya tahan ekonomi Indonesia dalam menghadapi keadaan resesi dunia itu, Prof. Soemitro memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun 1987 dapat mencapai minimal tiga persen. Dalam tahun 1988 bahkan dapat mencapai 4 sampai 4,5 persen, katanya.
Namun ia mengingatkan, pertumbuhan itu bisa tidak sebaik yang diperkirakannya apabila dalam perjalanan waktu terganggu oleh faktor negatif antara lain tindakan para spekulan.
Peningkatan produksi pangan, disebut oleh pakar ekonomi itu sebagai faktor yang memberi andil besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ia menunjuk pada peningkatan produksi kedelai 38 persen, jagung 37 persen dan kelapa sawit 17,5 persen dalam tahun 1986.
“Keadaan itu juga menunjukkan bahwa di tengah-tengah keberhasilan produksi padi, produk pertanian lain juga meningkat. Dengan demikian usaha penganekaragaman pertanian mulai membuahkan hasil,”ujarnya.
Ketika menyinggung keadaan di negara lain, Soemitro menunjuk Jerman Barat yang dalam tahun 1986 hanya mencapai pertumbuhan ekonomi 1,5 persen. Pertumbuhan ekonomi Jepang juga kecil (2 persen) karena kedua negara itu terpukul oleh kenaikan nilai mata uang masing-masing terhadap dolar AS.
Menurut pengamatan Soemitro, kedua negara raksasa di bidang ekonomi itu memiliki kelemahan, yakni tata ekonominya terlalu bergantung pada pendapatan ekspor hasil industri. Ekspor hasil industri itu juga terlampau bergantung pada pasaran AS.
Dalam tahun 1987, menurut guru besar ekonomi UI itu, negara-negara industri masih mengalarni tekanan berat dan pertumbuhannya banya sekitar 2,2 persen. Sedang tahun 1988 diperkirakan meningkat menjadi 2,25 persen, kata tokoh yang pernah menjadi menteri keuangan, menteri perdagangan dan menteri riset itu.
Prof. Soemitro mengingatkan agar dalam keadaan ekonomi yang belum sepenuhnya lepas dari kesulitan ini Indonesia harus memanfaatkan peluang-peluang yang masih ada.
Ia juga menasehatkan agar Pemerintah benar-benar melihat urutan prioritas dalam menetapkan proyek pembangunan. “Jangan dulu dibangun proyek yang baru menghasilkan tujub tahun lagi,” katanya. Prioritas bendaknya diberikan pada proyek yang melibatkan banyak tenaga kerja dan segera menghasilkan devisa.
Dalam kesempatan di Bina Graha itu Soemitro juga memuji langkah Pemerintah dalam deregulasi, di samping menyambut baik “jurus moneter” yang dilakukan Pemerintah untuk mengbantam para spekulan yang memiliki banyak dolar AS.
“Jika ada yang kelenger (pingsan, Red) karena kebijaksanaan itu Pemerintah sebaiknya jangan menyelamatkan mereka,” ujarnya. (LS)
Sumber: ANTARA (14/07/1987)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IX (1987), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 491-493.