SUDOMO: PENATARAN P-4 BUKAN INDOKTRINASI

SUDOMO: PENATARAN P-4 BUKAN INDOKTRINASI

 

 

Jakarta, Antara

Menko Polkam Sudomo di Jakarta Rabu malam menegaskan lagi, pendapat yang menyatakan bahwa penataran P-4 sebagai indoktrinasi yang dipaksakan, adalah sangat keliru.

Ketika menutup Lomba Cerdas Tangkas P-4 Tingkat Nasional, yang dihadiri Mendagri Rudini, Menteri PU Radinal Moochtar, Menmud Seskab Saadilah Mursjid, dan Kepala BP-7 Pusat Oetojo Oesman, Sudomo menjelaskan, penataran P-4 dilakukan secara terbuka dan terarah, serta menjauhkan diri dari praktek indoktrinasi dan pemaksaan.

Ia menambahkan, pembudayaan adalah kegiatan mentranformasikan cita-cita nasional menjadi kenyataan hidup sehari-hari, sedangkan nilai-nilai Pancasila itu sendiri merupakan kristalisasi dari nilai-nilai kultural bangsa yang dirumuskan kembali dan ditempatkan dalam konteks negara modern.

Pembudayaan P-4, demikian Menko Polkam, merupakan bagian integral dari proses pembangunan politik, yang tujuan akhirnya ialah melahirkan insan-insan dan masyarakat Pancasila.

Tolok ukur keberhasilannya, katanya, ialah sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai dan moral Pancasila, dan dalam pelaksanaan kehidupan konstitusional, Demokrasi Pancasila dan tegaknya hukum, yang mengatur kehidupan masyarakat, bangsa dan negara Indonesia.

Oleh karena itu, kata Sudomo, “semua materi P-4 jangan sampai pada tingkat dihapalkan, tetapi yang jauh lebih penting adalah penghayatan dan pengamalannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.” Dengan pengamalan sejak kecil, remaja dan generasi muda maka tanpa terasa apa yang dilakukan tersebut akan membudaya dalam kehidupan keluarga, masyarakat, dan negara, kata Sudomo.

 

Juara dan Hadiah

Lomba tingkat nasional yang pertama kali untuk memperebutkan Piala Presiden Soeharto itu terdiri dari empat tingkat, yaitu tingkat SD, SLTP, SLTA, dari dewasa­terdiri dari unsur mahasiswa dan organisasi kemasyarakatan.

Keluar sebagai juara I, II dan III tingkat SD adalah regu DKI Jakarta, Bengkulu, dan Jawa Tengah, sedangkan untuk tingkat SLTP masing-masing Jawa Tengah, Jawa Timur dan Kalimantan Barat.

Juara I, II, dan III tingkat SLTA adalah regu Bali, Jawa Barat, dan Sulawasi Selatan, sedangkan untuk tingkat dewasa, Yogyakarta, Maluku dan Jawa Tengah.

Keempat juara pertama mendapat piala bergilir Presiden Soeharto yang diserahkan oleh Menko Polkam. Mereka juga mendapat piala tetap.

Selain piala, para juara itu juga mendapat Tabanas dari BP-7, masing-masing orang mendapat Rp 200.000 (Juara 1), Rp 150.000 (Juara II), dan Rp 100.000 (Juara III).

Para juara juga mendapat santunan dari PT Asuransi Jiwasraya, yaitu, Rp 10.000/ bulan untuk tingkat SD, Rp 15.000/bulan untuk tingkat SLTP, Rp 20.000/bulan untuk tingkat SMTA, dengan jangka waktu satu tahun untuk juara I, sembilan bulan juara II, dan enam bulan juara tiga. Santunan untuk tingkat dewasa diberikan oleh Astek.

 

 

Sumber : ANTARA(04/10/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 774-775.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.