Jakarta, 9 September 1998
Kepada
Yth. Bapak H. M. Soeharto
di Jl. Cendana No.8
Jakarta 10350
SUJUD SYUKUR [1]
Assalamu’ alaikum wr. wb.
Semoga Ayahanda beserta putra-putra/cucu-cucu dan cicit-cicit dalam keadaan sehat wal’ afiat. Ananda bersujud syukur, setelah Ayahanda melakukan tindakan-tindakan yang selama ini dinanti-nantikan oleh bangsa dan negara dengan tenang dan berwibawa.
Ananda sangat kecewa sekali dengan ternan-ternan seperjuangan, baik militer/sipil, termasuk teman-teman saya yang berbuat sangat tidak jantan (berkhianat), Ananda lebih menghargai mereka-mereka yang “No Coment”.
Khusus untuk Mbak Tutut dan Mas Indra, saya atas keluarga mengucapkan terima kasih walaupun tidak secara langsung tapi cukup terhormat, karena melalui Mas Indra yang saya kenal sebelum menjadi mantu Bapak di Kebayoran Baru.
Khusus untuk Mas Sigit (Pae), walaupun tidak secara langsung, tapi berkat budi baik adik-adik Dimas Wahab, Harry Sapto, Ismet Jahs Thaher, Keluarga Kosasie/Boy Kosasie, Alm. Jina Arifin, saya sampai hari ini dalam keadaan sehat wal’ afiat.
Mudah-mudahan surat ini bukanlah surat terakhir, apabila ada kesalah fahaman kata-kata yang tidak berkenan saya minta maaf.
Terakhir semoga Ayahanda diberikan kesabaran dalam menghadapi cobaan-cobaan ini, kalau bukan Ayahanda sebagai panglima TRIKORA mungkin Ananda tidak menjadi prajurit TNI-AL. (DTS)
Wassalam, hormat dan maaf
Mustafa F. Suaidy
Jakarta Pusat
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 938. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.