Surat Bapak Menyentuh Hati Saya

Sabtu, 23 Mei 1998

Kepada

Yth. Bapak H. Muhammad Suharto

di Kediaman

SURAT BAPAK MENYENTUH HATI SAYA [1]

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Bapak Suharto yang terhormat, bagaimana keadaan Bapak saat ini? Saya berdoa semoga Bapak dan keluarga dalam keadaan sehat­ walafiat dan selalu dalam lindungan Allah, dan semoga pula Allah selalu melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada Bapak sekeluarga.

Bapak Suharto yang kami hormati dan yang kami banggakan. Mendengarkan Bapak mengundurkan diri dari jabatan presiden, saya merasa terharu sekali dan tersentuh dan semendal (bhs Jawa). Tak terasa saya meneteskan air mata dan menangis. Bukan hanya saya yang menangis, di daerah saya banyak yang menangis atas pernyataan Bapak tersebut, mengingat perjuangan Bapak menumpas G 30 S PKI Indonesia kini menjadi negara yang berkembang dalam segala bidang dan dipandang oleh dunia.

Bapak sangat berjasa kepada bangsa dan rakyat Indonesia. Saya tidak akan pernah melupakan pengabdian, perjuangan dan jasa-jasa Bapak.

Bapak Suharto yang terhormat, saya sudah pernah berkirim surat kepada Bapak, kalau tidak salah sekitar I tahun yang lalu. Saya menceritakan sakit yang selama ini saya derita yaitu tidak bisa menahan air kencing. Karena sakit yang saya derita, saya jadi putus sekolah hingga hanya tamat SLTP.

Ternyata Bapak menanggapi keadaan saya dan memberikan surat balasan. Dan dalam surat itu Bapak memerintahkan untuk memberikan surat yang Bapak kirimkan supaya diberikan kepada Rumah Sakit daerah Jombang. Tetapi belum sampai saya berikan ternyata Bapak telah lengser keprabon.

Bapak Suharto yang terhormat, bukan hal ini yang menjadi persoalan saya. Mungkin Allah masih menguji kesabaran saya sehingga belum memberikan jalan kesembuhan. Perhatian Bapak terhadap saya yang hanya rakyat kecil yang miskin sangat menyentuh hati saya.

Surat Bapak tersebut menjadi kenang-kenangan indah bagi saya. Sebagai rakyat Indonesia saya ingin mengucapkan terima kasih yang seagung-agungnya atas perjuangan, pengabdian dan jasa-jasa Bapak terhadap rakyat Indonesia, dan terutama perhatian Bapak terhadap saya.

Sebenarnya saya ingin sekali bertemu dan berjabat tangan dengan Bapak, tetapi saya menyadari itu tak mungkin karena saya tak mempunyai prestasi yang dapat dibanggakan.

Demikianlah Bapak Suharto yang terhormat, segala yang ada di hati saya. Apabila ada salah kata -kata dalam surat ini, mohon maaf yang seagung-agungnya.

Karena saya bukanlah orang yang ber­pendidikan tinggi dan berpengetahuan luas. Jadi saya tidak bisa menulis surat secara baik dan sopan.

Do’akan ya pak agar saya cepat sembuh, semoga Allah melindungi kita semua.

Amin. …. (DTS)

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hormat kami,

Umi Hanik

Jawa Timur

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 654-655. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto menyatakan berhenti dari kursi Kepresidenan. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.