Surat Dan Air Mata

Kulon Progo, 13 Agustus 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

Yang amat aku kagumi

di Jakarta

SURAT DAN AIR MATA [1]

 

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bapak,

Pertama-tama perkenankan kami matur Bapak lewat surat ini, karena menghadap kepada Bapak seolah-olah tidak mungkin. Kami Nama Maryono. Lahir di Samigaluh Kulon Progo pada 22 Juli 1959, anak seorang petani di lereng Perbukitan Menoreh, yang sejak kecil (sejak SD) sangat mengagumi Pak Harto, sosok seorang Presiden yang amat merakyat. Lalu Pak … sejak kami duduk di SMP kami bercita­cita ketemu Pak Harto, tapi rupanya Tuhan belum meridhoi sehingga saya hanya lewat layar kaca pada acara liputan khusus kami dapat melepaskan rindu dengan mengikuti acara tersebut melihat wajah Bapak.

Bapak,

Setelah kami lulus Sarjana Pendidikan Fisika di IKIP Yogyakarta tahun 1987, dalam tidur mimpi ketemu Bapak, dan akhimya pada tahun itu pula kami diangkat menjadi Guru di SMA Solo Kulon Progo. Saya merasa bahwa secara spiritual dorongan pertemuan di dalam mimpi ketemu Bapak, adalah semangat hidup kami.

Bapak,

Dengan penuh linangan air mata surat ini aku tulis katur Bapak, karena ujian Bapak sekarang amat berat. Betapa tidak, perjuangan dan pengorbanan Bapak yang sekian puluh tahun dan pengorbanan Bapak yang sekian puluh tahun memimpin dan membawa bangsa ini menjadi bangsa yang maju, sekarang ada orang yang memanfaatkan situasi “krisis Ekonomi di Kawasan Asia Tenggara” kemudian mereka me racuni rakyat dengan fitnah bahwa “Krisis di Negeri ini” akibat Korupsi Pak Harto. (Perlu Bapak pirso bahwa rakyat di lapisan bawah, masih banyak yang merindukan Bapak).

Bapak, yang ingin kami tulis sebenarnya, tetapi kami pun amat meragukan, mungkinkah Bapak kerso membaca tulisan dan jeritan seorang guru pengagum Bapak, akhirnya dengan do’a yang amat tulus sehabis shalat wajib, kami panjatkan kepada Allah agar ujian yang sedang diberikan Tuhan kepada Bapak dan keluarga segera berakhir.

Tuhan tidak buta, jasa Bapak menunjukkan umat Islam khususnya dan semua rakyat Indonesia umumnya tetap dicatat sebagai amal sholeh (berapa Masjid yang telah Bapak bantu).

Bapak,

Sampaikan salam hormat kami kepada putra-putri dan keluarga Bapak, berkenan kiranya Bapak memberi pintu maaf atas kelancangan kami dan kekurangsopanan kami. (DTS)

Hormat kami,

Maryono Kulon

Progo – Yogyakarta

Bisakah kami bertemu Bapak?

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 501-502. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.