SYAIR DARI SEORANG SAHABAT [1]
Pak Harto,
Badai, Topan, Halilintar
Mengundang, melempar, pecahkan telinga
Seolah engkau terhempas, terpuruk di dalamnya
Tak seutas rantingpun dapat kau raih
Hatimu membatu, bisu tak berdaya
Pak Harto,
Badai mengundang jiwamu
Topan melempar tubuhmu Halilintar pecahkan gendang telingamu
Tapi, sebenarnya, engkau masih punya rasa
Dari sisa cahaya yang tertinggal
Dari doa yang nyaris tak terkuak
Pak Harto
Darahmu masih panas membara
Jiwamu masih bernyali ganda
Kharismamu punya sejuta wibawa
Jasamu tak ada yang mampu membuang dan melupakannya
Pak Harto
Bila sisa cahayamu kian jauh terbawa arus samudera
Bila saat ini orang mengumpat dan mencacimu
Aku tetap percaya, engkau adalah sahabat dan Bapakku
Yang masih berdiri tegak di tengah reruntuhan
puing-puing gedung Hasil karyamu
Pak Harto
Suatu saat, sisi kecil cahayamu akan didera badai di tengah lautan
Di sana dia akan menjadi mercusuar penerang kegelapan malam
Engkau masih tetap ada, selamanya
Dengan jasa besarmu di mata rakyat dan di mata Tuhan.
Pak Harto
Rangkum semua kegelisahan dalam kusuknya doa
Mohon ampun dengan kebesaran jiwamu
Tuhan akan mengangkat tanganmu, dan membanggakanmu
Pak Harto
Di sana angin sejuk berbisik di telingamu
Memberikan pengakuan yang dalam dan penuh arti
Bahwa kesalahanmu, kecil dibanding jasamu
Dan, kau masih tetap ada. (DTS)
Jakarta, 26 Mei 1998
Soeprapto Kolopaking
Penggilingan Jakarta Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 579-580. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.
Satu pemikiran pada “Syair Dari Seorang Sahabat”
Apa ini ayah dr novia kolopaking.?