Tahajudlah

Karawaci, 20 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak Soeharto

di Tempat

TAHAJUDLAH [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Halo Pak Harto, bagaimana kabar Bapak selama ini? Semoga Allah memberikan nikmat sehat dan iman untuk Bapak selamanya. Pak, maafkan saya bila telah mengganggu kesibukan Bapak. Tapi saya beranikan diri untuk menyurati Bapak, karena bagaimanapun juga adalah saudara saya (sesama Muslim dalam satu ikatan akidah).

Kalau diperkenankan saya hanya ingin kepada setiap insan di dunia termasuk yang Bapak alami beserta keluarga, janganlah Bapak dan keluarga bersedih hati dalam menghadapi setiap ujian dan cobaan, karena di dalam cobaan itu ada kenikmatan yang sungguh tiada tara dibanding dengan dunia beserta isinya, itu adalah janji Allah.

Menghadapi hinaan dan hujatan yang selama ini Bapak dan keluarga hadapi janganlah membuat Bapak dan keluarga surut dalam menghadap Allah. Dia Maha Pengasih dan Penyayang kepada hamba-Nya yang tabah dalam ujian, khususnya yang Bapak alami sendiri.

Maaf pak, saya hanya office boy dari sebuah Universitas di wilayah Tangerang, yang sebagian besar orang-orang pintar semua dan bertitel. Kalau saya mendengarkan percakapan mereka sepertinya kok hanya bisa mencerca dan mencemooh orang lain saja tanpa menyadari bahwa dirinya pun bisa cacat seperti orang lain bahkan mungkin bisa lebih parah.

Itu mungkin hanya sebagian saja barangkali. Menurut saya alangkah pendeknya iman dan naluri mereka walaupun mereka bertitel. Saya baca di surat khabar dan lihat di TV tetangga tentang berbagai tanggapan kepemimpinan yang bapak pegang selama 32 tahun. Menurut saya, manusia tidak akan lepas dari rasa salah, baik sengaja/tidak, besar/ kecil, itu adalah kodrat yang tidak bisa dihindari. Tapi janganlah mencerca dan menghujat seperti orang-orang yang meneriakkan reformasi, seperti yang dilontarkan bawahan Bapak dulu. Sekarang jadi Pahlawan kesiangan. Saya dukung perbaikan sepanjang dalam posisinya, saya juga dukung Amin Rais tapi saya juga benci sifatnya yang seolah-olah dia itu yang mempunyai kekuasaan tertinggi. Dia lebih banyak bicara daripada memperbaiki dan membantu Pemerintah dalam mengatasi masalah krisis yang menimpa bangsanya dan yang lainnya malah sibuk dalam membuat partai.

Sungguh manusia yang hanya mementingkan diri sendiri dan golongannya. Orang selalu curiga yang tidak baik terhadap Bapak walaupun akan menunaikan ibadah Shalat Jum’at. Jangan ya Pak… jalankan ketaatan Bapak kepada Allah untuk selamanya tanpa takut kepada orang lain kecuali kepada Allah SWT … Dia adalah Maha segala-galanya bagi orang-orang yang beriman. Saya memang orang awam … tapi saya juga punya perasaan dan naluri, saya nggak rela mendengar dan membaca tulisan yang menghujat dan mencerca bapak dan keluarga tanpa mengetahui akan kebenaran tersebut.

Saya meminta agar Bapak selalu dan selalu mendekatkan diri kepada Allah tanpa mengurangi kebutuhan Bapak untuk di dunia. Jadikan Allah Swt segalanya bagi Bapak untuk selamanya dengan mengikuti sunah dan ajaran junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.

Kalau diperkenankan, maukah Bapak menghayati dan merenungkan apa yang saya sampaikan ini :

  1. Shalat tahajud untuk menghadapi Allah langsung.
  2. Dalam keadaan suci, kosongkan pikiran dan berdzikirlah kepada Allah Swt.
  3. Bershalawatlah minimal 500x dalam sehari, salah satunya adalah tidak akan merepotkan orang lain karena Allah telah mencukupi segala kebutuhannya baik lahir/batin … ini yang saya jalankan salah satunya setiap hari.
  4. Baca Yassin dan Tabarrok, setiap malam/pagi.
  5. Amalkan/bacalah surat Nurbuwat (Cahaya Kenabian).
  6. Pujilah Allah setiap pagi/petang seiring dengan nafas kehidupan yang diberikan kepada kita untuk selamanya.
  7. Manunggaling kawula gusti seperti ajaran Syeh Siti Jenar dalan sebuah epos para wali.

Saya kira cukup sekian dulu surat saya ini, semoga berkenan yang saya sampaikan semuanya kepada bapak dan keluarga. (DTS)

Wassalam,

Abukori

Tangerang

Jawa Barat

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 268-270. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Satu pemikiran pada “Tahajudlah

  1. Amien rais itu mulutnya saja yg berkoar koar.. Kasihan dia ambisi jadi presiden ga pernah jadi.. Semoga Allah membalas perlakuan Amin rais kepada Bapak soeharto

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.