TAJUK RENCANA MEMASUKI TAHUN 1976

HM Soeharto dalam berita

TAJUK RENCANA MEMASUKI TAHUN 1976 [1]

 

Jakarta, Kompas

TAHUN 1975 yang baru saja kita lalui, oleh Presiden Soeharto dinilai sebagai “tahun yang banyak menimbulkan keprihatinan”. Sekalipun demikian, kita berhasil melalui tahun itu dengan selamat. Maka ada alasan untuk mengucap syukur.

Bagaimana sebaliknya kita memasuki tahun 1976? Kita garis bawahi ajakan Kepala Negara :

“Juga terus terang saya tegaskan, bahwa tahun 1976 harus kita masuki dengan prihatin dan kewaspadaan yang tinggi!”

“Keprihatinan dan kewaspadaan itu terutama meminta kepada kita kesadaran dan tanggungjawab yang lebih besar, agar supaya masalah-masalah yang kita hadapi, dapat kita atasi terutama dalam memelihara stabilitas nasional dan menjaga kelancaran pembangunan”.

KEMUDIAN diuraikan lebih jelas, sikap dasar bagaimana yang perlu kita tegakkan untuk bertingkah laku dan bekerja sesuai dengan keprihatinan tersebut.

Pertama,

“kita harus sekali lagi mengeratkan ikat pinggang. Kepada semua aparatur saya minta untuk melaksanakan kembali penghematan. Hemat berarti menggunakan uang negara untuk keperluan yang mendesak dan bermanfaat untuk kepentingan umum. Bukan pemborosan dan gaya mewah”.

Kedua,

“kita semua perlu sekali lagi merenungkan arti dan keharusan hidup sederhana, terutama bagi mereka yang telah mampu. Gaya hidup mewah dan berlebihan, meskipun mungkin terpikat secara perorangan oleh golongan tertentu masyarakat kita, jelas tidak konstruktif dan tidak sesuai dengan semangat pembangunan. Gaya hidup mewah terang tidak akan terpikul oleh bangsa yang sedang membangun, yang hanya memiliki kemampuan yang serba terbatas, sebaliknya dapat mengakibatkan kegagalan pembangunan itu sendiri”.

PENILAIAN Presiden kiranya sesuai dengan pengamatan kita semua. Bahwa tahun 1975 penuh keprihatinan dan dalam tahun 1976, keprihatinan itu masih akan terus berlangsung. Karena akibat-akibat dari persoalan tahun lalu masih akan dirasakan dalam tahun ini.

Kita juga mendukung seruan untuk terus berhemat dan mengembangkan pola hidup yang sesuai dengan kemampuan nasional yang masih serba terbatas.

Yang selanjutnya perlu menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat ialah bagaimana mengusahakan, agar seruan-seruan itu bisa lebih terlaksana dalam tahun 1976 ini.

PERLU dilaksanakan syarat yang efektif untuk pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan tentang penghormatan dan pemborosan.

Perhatian kepada penyalahgunaan wewenang dan penyelewengan yang merugikan keuangan negara dan pembangunan perlu mendapat perhatian dan tindakan yang lebih konsekwen.

Pembangunan yang meningkat juga memperbesar volume pemakaian uang di pusat maupun di daerah. Banyak fihak berpendapat, volume pemborosan dan penyelewenganpun meningkat. Baik dengan menggunakan lobang-lobang dalam berbagai peraturan maupun dengan menyalahgunakan wewenang.

Tidak jarang terjadi, hal semacam itu dilakukan oleh oknum masyarakat dalam kerjasama dengan oknum aparatur pemerintahan, termasuk yang seharusnya menindak dan mengamankan. Penertiban administrasi tidak cukup hanya berupa Penyempurnaan institusi.

Pimpinan masing-masing instansi sipil dan militer, wajib membantu dengan ikut menertibkan dan menindak personalianya yang melakukan pemborosan dan penyelewengan. Ketegasan dalam hal ini akan membantu dilaksanakannya seruan diatas.

PEMERINTAH dan masyarakat juga diminta menemukan cara yang efektif untuk meluaskan pola hidup sederhana. Seperti diutarakan oleh Presiden, seruan itu terutama untuk mereka yang sudah mampu dan berlebihan.

Bagaimana cara menciptakan iklim sosial, yang mampu terdorong untuk menyederhanakan pola hidup yang dihinggapi perasaan malu untuk bermewah­ mewah.

Sering dikatakan, perlunya contoh yang meluas dari kalangan atas. Bagaimana mencapai hal itu. Cara apalagi bisa ditempuh agar seruan itu diwujudkan secara meluas sehingga menjadi gerakan yang efektif.

Kita tekankan lagi, tahun 1976 tidak akan lebih ringan dari tahun yang baru saja lalu. Kita melihat tambahnya berbagai masalah yang kita hadapi dan harus kita pecahkan. Maka urgensipun lebih mendesak bagi kita semua untuk melaksanakan seruan-seruan Presiden diatas. (DTS)

Sumber: KOMPAS (02/01/1976)

 

 

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku IV (1976-1978), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 5-6.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.