TAJUK RENCANA: PENGHARGAAN PBB

TAJUK RENCANA: PENGHARGAAN PBB

 

 

Jakarta, Pelita

Untuk tahun ini memang sungguh lain bagi Kepala Negara kita. Genap usianya yang ke 68 tahun dirayakan jauh dari tanah airnya sendiri. Hari ulang tahun biasanya dirayakan sederhana dengan nasi tumpengan di sekitar keluarga kini justru tengah mengemban suatu missi membawa harum nama bangsa Indonesia.

Presiden Soeharto pada hari ulang tahunnya 8 Juni ini tengah berada di New York untuk menerima penghargaan tertinggi PBB bidang kependudukan karena keberhasilannya memimpin bangsa Indonesia melaksanakan program KB.

Presiden Soeharto, dikatakan oleh Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB (UNFPA) DR. Nafis Sadik sebagai sangat luar biasa kokoh dan lantang. Soeharto termasuk pemimpin yang mau pergi kemana saja untuk keberhasilan program kependudukan di tanah air.

Harus diakui keberadaan Presiden Soeharto telah memberi udara segar bagi kependudukan di Indonesia, karena figur Soeharto tidak saja mau berbicara pada acara-acara resmi yang besar, tetapi bahkan bersedia berbicara dengan kelompok-­kelompok kecil maupun perseorangan demi kesuksesan program KB.

Program KB memang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari upaya membangun sebuah masyarakat sejahtera. Di samping program KB lebih menekankan pada pertumbuhan penduduk tetapi juga sangat erat kaitannya dengan kesehatan, pelayanan keluarga, pendidikan dan pekerjaan di luar rumah.

Pertumbuhan penduduk yang tak terkendali, angka kematian bayi dan anak yang tinggi, ekonomi yang lemah, pertanian yang tidak efektif, kerusakan lingkungan, masyarakat yang terpecah belah serta kualitas hidup yang buruk sering kali menjadi momok yang menakutkan hidup di dunia ini.

Penduduk dunia yang waktu ini berjumlah 5,2 miliar jiwa itu akan terus bertambah lebih dari 90 juta tiap tahun sampai akhir abad ini.

Menurut perkiraan, jumlah penduduk pada akhir abad ini akan mencapai sekitar 6,25 miliar, dan sekitar 8,5 miliar pada tahun 2025. Pertumbuhan ini mungkin akan berhenti pada jumlah 10 miliar, hampir dua kali jumlah yang sekarang, pada kira-kira satu abad kemudian dari sekarang. Angka-angka perkiraan ini kami kutip dari laporan Direktur Eksekutif Dana Kependudukan PBB (UNFPA).

Untuk menjamin penurunan tingkat kesuburan yang diproyeksikan, maka menurut UNFPA, jumlah wanita yang ber-KB harus ditingkatkan menj adi 730 juta (58%) pada tahun 2000 dan akhirnya 1,2 miliar (71%) pada tahun 2005.

Apabila hal ini tidak terjadi, jurnlah penduduk akan terus meningkat dengan jumlah yang lebih besar dalam waktu yang lebih lama pula. Jumlah tersebut bisa mencapai 14 miliar.

Angka-angka tersebut memang baru merupakan perkiraan. Walaupun demikian agaknya kita dipacu untuk berbuat lebih banyak lagi dalam upaya menekan jumlah penduduk ini. Bila dengan sengaja kita biarkan menjadi suatu kenyataan boleh kita katakan bahwa masa depan dunia benar-benar sangat krisis. Karena dampaknya bagi masa mendatang maka upaya menekan penduduk tersebut harus segera dari sekarang.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang ikut mengemban tanggungjawab ini. Dan upaya menyambut masa depan yang sejahtera telah dirintis oleh bangsa Indonesia. Jadi tanggungjawab Indonesia ini baru akan sangat berarti bila semua negara ikut mempelopori upaya menekan jumlah penduduk.

Begitu pula bagi rakyat Indonesia, sebuah penghargaan PBB terhadap Presiden Soeharto bukan berarti selesai dengan kepuasan tetapi malah justru semangat pengabdian ini harus terus dipertahankan. Tunjukkan kepada dunia bahwa bangsa Indonesia cukup bertanggungjawab terhadap masa depan dunia khususnya terhadap bangsa Indonesia sendiri.

 

 

Sumber : PELITA(10/06/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 695-696.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.