TAJUK RENCANA: PIDATO PRESIDEN DI DEPAN SU PBB
Jakarta, Suara Karya
KAMIS 24 September kemarin, Presiden Soeharto sebagai Ketua Gerakan Non Blok menyampaikan pidato di depan sidang umum PBB, di New York, Amerika Serikat. Pidato yang secara gamblang membeberkan perkembangan internasional dewasa ini (sesudah Perang Dingin) serta upaya untuk menciptakan tatanan dunia baru yang menjadi dambaan global terutama bangsa-bangsa sedang berkembang, disampaikan Presiden dengan nada yang bersih dari retorika, namun penuh dengan pokok-pokok pikiran yang rasional dan realistik. Dan, semua itu didasarkan pada hasil KTT X Gerakan Non Blok di Jakarta tanggal 1-6 September lalu.
Pidato Presiden yang secara keseluruhan mencerminkan suatu strategi pembentukan tatanan dunia baru berdasarkan kerja sama internasional-Utara Selatan dan Selatan-Selatan- itu dengan PBB sebagai Iangkahnya, menguraikan hasil KTT X GNB mengenai pelbagai masalah global di segala bidang. Mulai dari bidang politik internasional yang masih diwamai oleh krisis dan konflik-konflik yang dapat mengancam perdamaian , sampai kepada perkembangan ekonomi internasional yang semuanya itu masih menyulitkan terciptanya kondisi yang melapangkanja lan bagi tercapainya keamanan menyeluruh dan perdamaian yang stabil sebagai prasyarat bagi tercapainya kemajuan yang berarti dalam peperan gan melawan kemiskinan , keterbelakangan, kesengsaraan dan ketidak-adilan sosial.
UNTUK mengatasi semua itu dan demi dapat diciptakannya tatanan dunia baru, menurut Presiden Soeharto, tidak mungkin melalui penyelesaian tambal sulam. “Kami, negara-negara Non Blok, menyadari sepenuhnya bahwa masalah-masalah global kini saling terkait, terutatna di bidang ekonomi. Dan, karena hampir seluruh permasalahan dewasa ini bersifat global, maka penyelesaiannya pun tidak mungkin dicapai melalui langkah-langkah perbaikan sementara atau pun penyelesaian tambal-sulam. Karena itu sudah waktunya bagi negara-negara Utara maupun Selatan untuk menumbuhkan suatu kesepakatan baru mengenai pembangunan dan menggalang suatu kemitraan demokratis dalam merumuskan penyelesaian global terhadap masalah-masalah global itu,” kata Presiden.
DALAM konteks itu Presiden menegaskan bahwa GNB berketetapan hati untuk ikut serta membangun suatu tatanan dunia baru yang bebas dari perang dan kemiskinan, intoleransi dan ketidakadilan, suatu tatanan dunia yang berlandaskan prinsip-prinsip hidup berdampingan secara damai dan saling ketergantungan yang sejati suatu tatanan yang sepenuhnya menghargai keanekaragaman, sistem sosial dan budaya di dunia ini.
“Kami telah bersepakat untuk mencapai tatanan internasional baru tersebut melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai sarana utama yang tidak dapat digantikan oleh sarana lain apapun juga .Dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kami seperti yang pertama kali dicetuskan di Bandung 37 tahun yang lalu, dengan ini kami menegaskan hak asasi setiap manusia perorangan maupun bangsa untuk melaksanakan pembangunan, meraih kemajuan sosial dan berperan serta dalam menentukan masa depan bersama umat manusia,” kata Presiden.
DARI apa yang dikemukakan Presiden Soeharto sebagai Ketua GNB di depan sidang umum PBB itu, dengan penampilan yang bersih dari retorika namun sarat dengan pokok-pokok pikiran yang beijangkauan strategis itu, dapat dilihat Presiden tidak hanya sekadar membeberkan “Pesan Jakarta” beserta hasil-hasil KTT X GNB, tetapi sekaligus juga mengumandangkan prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam falsafah negara kita, Pancasila dan dasar negara UUD 1945, yang diproyeksikan ke dalam tatanan internasional. Dengan kata lain, melalui persentasinya itu Presiden sekaligus meng-go international kan jatidiri bangsa Indonesia.
Sumber : SUARA KARYA (25/09/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 265-266.