Malang, 3 Desember 1998
Kepada
Yth. Bapak Jenderal Besar (Purn)
TNI-AD H. M. Soeharto
Di tempat
TAK RELA PEMBANGUNAN PORAK PORANDA [1]
Dengan hormat,
Pertama-tama perkenankanlah ananda panjatkan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya karena kemurahan-Nya saja ananda dapat melayangkan surat ini kepada yang mulia Bapak Jenderal Besar (Purn) TNI-AD H. M. Soeharto.
Ini adalah surat ananda yang kedua kepada Bapak Yang Mulia. Ananda menyadari jika surat ananda yang pertama belum mendapat tanggapan.
Sebagai kawula alit, sebagai anak bekas pejuang, ananda dapat merasakan betapa jahatnya hujatan -hujatan.
Ananda hanya dapat berdoa semoga bangsa ini terlepas dari malapetaka yang menyengsarakan. Ananda tak ingin dan tidak rela bila hasil-hasil pembangunan diporakporandakan oleh keadaan yang serba tidak menentu.
Tak lupa, sebagai seorang muda, ananda mohon doa restu Bapak Yang Mulia agar ananda menjadi insan Indonesia yang setia kepada orangtu/keluarga, kepada pimpinan, taat kepada negara dan pemerintah, serta bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. (DTS)
Wassalam ananda,
Paulus Joko Pitono
Malang – Jawa Timur
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 544. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.