TANTANGAN2 BERAT MASIH MENGHADANG DI TAHUN 1989

TANTANGAN2 BERAT MASIH MENGHADANG DI TAHUN 1989

 

 

Jakarta, Suara Karya

Tahun 1989 ini Bangsa Indonesia masih akan tetap menghadapi masalah­masalah sosial ekonomi yang besar dan tantangan-tantangannya yang berat. Demikian dikemukakan Presiden Soeharto dalam pidato akhir tahun yang disampaikan melalui TVRI dan RRl, Sabtu malam akhir tahun lalu.

Presiden mengatakan, “Kita memang telah mengambil langkah-langkah penyesuaian, sehingga struktur ekonomi kita makin sehat dan kuat dengan topangan kekuatan sendiri yang makin luas.Kita bertambah tangguh dalam meredam goncangan-goncangan yang datang dari luar. Namun kita harus siap siaga berjaga-jaga dan waspada, sebab pukulan dan goncangan ekonomi dunia, bila nanti muncul, masih akan terasa berat bagi kita.”

Walaupun telah tercapai kesepakatan OPEC, tetapi belum dapat dipastikan bahwa tingkat harga rata-rata minyak bumi di tahun yang akan datang tidak lebih rendah dari tahun ini.Perkembangan nilai tukar sejumlah mata uang asing yang kuat di dunia juga masih belum menentu.

Penerimaan negara dari ekspor nonmigas semakin besar, melampaui penerimaan negara dari ekspor migas. Namun menurut Kepala Negara, pengaruh Migas masih besar dalam perekonomian negara. Setiap satu dolar penurunan harga minyak bumi berakibat besar bagi anggaran negara dan penerimaan devisa.

Karena belum ada jaminan mantapnya harga minyak bumi dan karena belum ada tanda-tanda mantapnya nilai tukar sejumlah mata uang asing yang kuat di dunia, anggaran negara dan neraca pembayaran harus selalu dijaga dengan penuh kewaspadaan.

Sementara itu, membaiknya perkembangan perekonomian di tahun-tahun terakhir Pelita IV akan dipertahankah, terutama setelah dilakukan langkah-langkah untuk mengembangkan iklimusaha yang sehat dan dinamis melalui langkah–langkah deregulasi dan debirokratisasi. Dengan terpeliharanya stabilitas moneter dan stabilitas neraca pembayaran, partisipasi masyarakat dalam pembangunan akan makin bangkit dan makin luas.

“Oleh karena itu kita dapat menyongsong tahun 1989 dengan rasa Iega. Walaupun menghadapi kemungkinan pukulan dari luar dan keterbatasan keuangan negara,” kata Presiden.

Tahun 1989 mempunyai makna khusus bagi perjalanan bangsa dan negara. Beberapa bulan setelah memasuki tahun 1989 akan dirampungkan peletakan kerangka landasan pembangunan. Setelah itu akan disambung dengan pelaksanaan Repelita V yang akan merupakan pemantapan kerangka landasan yang diletakkan dalam Repelita IV. Repelita V merupakan tahap penutup bagi pembangunan jangka panjang 25 tahun pertama, sekaligus ancang-ancang persiapan ke era tinggal landas yang menjembatani tahap-tahap pembangunan berikutnya.

Pembangunan di lndonesia khususnya dan pembangunan semua bangsa umumnya memerlukan suasana yang damai. Harapan perdamaian di kawasan sekitar Indonesia nampak lebih terang dengan pendekatan baru dalam menyelesaikan masalah Kamboja. Di berbagai kawasan dunia masih terdapat ketegangan yang tidak habis-habisnya, terutama di kawasan Timur Tengah, dan diharapkan bahwa pendekatan-pendekatan ke arah penyelesaiannya dapat membawa hasil.

“Sementara itu kita merasa lega bahwa telah terdapat saling pendekatan di antara negara-negara adikuasa, yang kita harapkan akan lebih memantapkan lagi peredaan ketegangan di dunia,” kata Kepala Negara.

Presiden mengatakan, gambaran umum di akhir tihun 1988 menunjukkan bahwa mendung perekonomian masih menggantung. Namun gambaran tahun depan semestinya tidaklah suram dan gelap, karena masing-masing negara di dunia sudah mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya.

“Bahkan, kalau angin segar sempat menghalau awan gelap perekonomian dunia, kita dapat mengharapkan masa yang cerah,” ujar Presiden.

Regenerasi Kepala Negara mengatakan, proses regenerasi terus berlangsung secara wajar dan alamiah dalam suasana kekeluargaan secara tertib, teratur, lancar dan penuh pengertian. “Kita bersyukur bahwa selama ini generasi pembebas dan generasi penerus telah bekerja sama bahu-membahu, dengan kesadaran tanggung jawab bersama untuk melangsungkan regenerasi secara sebaik-baiknya,” kata Presiden.

Kedua generasi itu berjuang berdampingan bahu-membahu karena memiliki konsepsi, persepsi dan pegangan serta tolok ukur yang sama mengenai pembangunan nasional.

“Kesemuanya itu berhasil dicapai berkat kekokohan bangun politik yang disusun, kemantapan ketahanan nasional yang dikembangkan dan keberhasilan pembangupan di semua bidang yang dicapai. Semua perkembangan dan pertumbuhan bangsa Indonesia sampai akhir tahun 1938 telah memberikan keyakinan kepada bangsa Indonesia bahwa proses peralihan ke tahap pemantapan kerangka landasan serta era tinggal landas, dan proses regenerasi dalam kehidupan bangsa dan negara, akan dapat berlangsung tertib, lancar dan teratur. Keyakinan inilah yang akan menjadi bekal dan kekuatan kita dalam menyongsong tahun 1989,” kata Presiden.

 

 

Sumber : SUARA KARYA (13/10/1989)

Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XI (1989), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 343-345.

 

 

 

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.