TELEPON SEKS DAMPAK NEGATIF BUDAYA ASING

TELEPON SEKS DAMPAK NEGATIF BUDAYA ASING[1]

 

OlehAskan Krisna Jakarta, Antara

 

SEBAGIAN besar masyarakat ibukota belurn lama ini terkejut terhadap berita tentang adanya telepon seks yang berhasil menerobos Indonesia dan melanda warga Jakarta. Layanan telepon seks tersebut berasal dari Hong Kong dan diiklankan di media cetak dengan selubung menjual jasa hiburan, seperti ajakan “dengar dan rileks” dan “cerita di tempat tidur.”

Melalui jasa saluran langsung internasional PT Indosat, nomor yang dihubungi segera disambut suara wanita berbahasa Indonesia dengan dialek mandarin. Kemudian membisikkan “cerita di sekitar ranjang.”

Jaringan penjual jasa demikian ada juga di Jepang. Mereka bahkan terang­ terangan mengedarkan iklan, sementara polisi dan perusahaan telepon dan telegraf Jepang (N1T) berusaha memeranginya. Belakangan, jaringan usaha layanan telepon seks, ramalan nasib, percintaan dan rejeki yang juga lewat telepon dari mancanegara seakan berlomba menjaring konsumen di Indonesia.

Kegiatan demikian, menurut kalangan ulama dan anggota DPR, jelas bertentangan dengan etika budaya bangsa Indonesia. Karena itu, mereka meminta agar PT Indosat memblokir “hotline” kegiatan tersebut. Pada akhirnya, pemblokiran dilakukan PT Indosat sejak 9 September 1993.

Infiltrasi Budaya

Para anggota DPR menyesalkan masuknya “telepon seks”mancanegara itu, sebab dianggap bertentangan dengan moral Pancasila. “Telepon seks merupakan bentuk infiltrasi budaya, dan secara sadar atau tidak sadar Indosat ikut membantu kegiatan yangjelas bisa merusak moral bangsa. Padahal, bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila,” kata Wakil Ketua Komisi V DPR yang membidangi perhubungan, parpostel dan peketjaan umum, H.M. Buang, SH.

Sementara itu Wakil Sekretaris Bidang Kesra FKP DPR H. Muhammad Muas menyatakan, perlunya PT. Indosat “menyaring” dan memblokir hal-hal yang bersifat negatifbagi perkembangan bangsa Indonesia, melalui sarana telepon.

“Kita perlukan partisipasi Indosat membantu jangan sampai kehidupan generasi muda kita tercemar oleh nilai-nilai budaya yang bertentangan,” katanya.

Anggota Kornisi IX DPR yang membidangi agama, pendidikan dan olahraga ini mengharapkan perlunya generasi muda diberi penyuluhan melalui pendidikan dan agama yang kuat, agar tidak gampang terpengaruh kegiatan yang sifatnya negatif. Peran keluarga dan sekolah memang besar dalam membimbing anak, namun andil masyarakat pada era globalisasi sekarang ini makin besar dalam membentuk sikap dan tingkah laku anak, ujarnya. Wakil Ketua Komisi II DPR H. Darussamin AS juga menyatakan pentingnya masyarakat, termasuk masyarakat film dan televisi lebih bertanggungjawab dalam mengemban tugas moral, mental, pendidikan, informasi selain dunia hiburan.

“Masyarakat film dan televisi agar lebih bersikap selektif di dalam memproduksi dan menyajikan siaran-siarannya, jangan sampai membuat generasi muda dijejali hiburan yang bersifat pomografi dan kekerasan,” katanya.

Harus Dilarang

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menolak keras adanya “telepon seks” di Indonesia, bahkan menegaskan, “Harus dilarang demi kepentingan bangsa.”

“Telepon seks merupakan bentuk infiltrasi budaya asing dan sarana yang merusak moral generasi muda, karena itu pemerintah harus melarang masuknya telepon seks dari mancanegara,” kata Ketua Umum MUI K.H. Hasan Basri.

Selain terhadap telepon seks, kalangan DPR dan ulama juga meminta pemerintah memblokir kegiatan sejenis yang bisa mengikis budaya bangsa Indonesia, seperti telepon ramalan nasib, ramalan jodoh, percintaan dan rejeki melalui saluran internasional.

“Saya khawatir kalau telepon-telepon model begini masih terns berlanjut bisa mengarah pada pendangkalan keimanan bangsa Indonesia,” kata Buang.

Sementara itu Presiden Soeharto mengingatkan, pembangunan sektor pariwisata harus dibarengi dengan berbagai langkah untuk mencegah dan menangkal dampak­ dampak negatif yang mungkin timbul dari masuknya budaya asing.

“Dalam membangun sektor pariwisata, kita harus tetap menjaga nilai-nilai luhur kepribadian bangsa kita dan mendorong kemandirian bangsa kita dalam melaksanakan pembangunan,” kata Presiden.

PT Indosat melalui Direktur Utama Tjahjono Soerjodibroto menegaskan, pihaknya sama sekali tidak tabu menahu mengenai layanan telepon seks itu dan kegiatan tersebut tidak ada hubungannya dengan program Indosat untuk memperoleh keuntungan.

Pihak Indosat mengakui sebelum nomor-nomor telepon tersebut diblokir, operator Telkom disibukkan para penelepon yang minta disambungkan ke nomor­ nomor “istimewa” itu.

Namun sejauh ini, Indosat tidak tabu siapa pemasang iklan nomor telepon seks itu. Perusahaan tersebut justru menganjurkan masyarakat untuk memberitahu Indosat apabila ada telepon sejenis, sehingga dapat segera diblokir.

Kalangan DPR meminta kesediaan masyarakat untuk menangkal berbagai bentuk kegiatan dari luar negeri yang sifatnya negatif semacam itu. “Soalnya, bagaimana kalau yang teijadi justru kegiatan yang sifatnya subversif,” kata Buang.

Sementara itu Menparpostel Joop Ave mengatakan, munculnya telepon mesum dan telepon ramalan adalah akibat adanya segelintir orang yang ingin mencari untung dari kegiatan yang tidak halal.

“Ini dimungkinkan terjadi karena dunia sekarang semakin mengecil, di lain pihak bangsa Indonesia harus mampu berkiprah di forum internasional,” kata Menparpostel. “Saya lega mendengar nomor telepon seks itu sudah diblokir. Apa jadinya moral anak-anak kita bila hal-hal demikian dibiarkan masuk,” kata Muas.

(U.AK/JKT-001/SBY-006/15/09/9319:39  /RE3)

Sumber: ANTARA(lS/09/1993)

_______________

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari Buku “Presiden Ke II RI Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XV (1993), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal 817-819

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.