Jakarta, 1 Juli 1998
Kepada
Yth. Bapak Jenderal Besar TNI H.M. Soeharto
di Jakarta
TIDAK SESUAI AJARAN ISLAM [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Dengan hormat,
Setelah Bapak H. M. Soeharto lengser sejak tanggal 21 Mei 1998, keadaan semakin tidak menentu. Dampak yang paling besar dirasakan oleh rakyat kecil.
Dari lubuk hati yang sangat dalam kami berdoa kehadirat Allah Swt. Kiranya Allah senantiasa memberikan perlindungan serta rahmat dan ridho-Nya kepada Bapak dan keluarga. Kiranya Allah akan membukakan mata, telinga dan hati oknum-oknum yang menyuarakan reformasi bahwa apa yang telah mereka lakukan kepada Bapak dan keluarga adalah tidak sesuai dengan ajaran Islam. Kami yakin bahwa apa yang telah Bapak perbuat serta perjuangkan selama kurun waktu 32 tahun banyak yang berhasil. Allah tidak tidur, Maha Melihat, Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami memohon kepada Bapak H.M. Soeharto untuk tetap tabah dan tawakkal menerima semua hujatan, caci maki, tuduhan bahkan fitnah. Semua itu tidak lain merupakan cobaan yang harus Bapak terima, dengan pasrah dan berserah diri kepada Allah Swt.
Kami menyadari di era kepemimpinan Bapak, selaku manusia biasa adalah wajar bila terdapat kekurangan di sana-sini. Kami mendukung pilihan Bapak terhadap Presiden ke-3.
Sebelum kami akhiri kiranya Bapak selaku Pemimpin Bangsa, Pemimpin Umat serta selaku sesepuh, masih berkenan menyisihkan maaf dan meluangkan waktu untuk terus melanjutkan perjuangan dengan cara lain.
Kami yakin Bapak akan menerima petunjuk dari Allah Swt dengan cara yang khusus dan hanya Bapak saja yang mengetahuinya.
Teriring salam dan doa, semoga Bapak senantiasa dalam lindungan dan bimbingan dari Allah Swt. (DTS)
Hormat kami,
Faisal Riza Rahmat
Jakarta
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 367-368. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.