Tidak Tahu Berterima Kasih

Pontianak, 22 Juni 1998

Kepada

Yth. Bapak H. M. Soeharto

di Jakarta

TIDAK TAHU BERTERIMA KASIH [1]

Assalamu’alaikum wr. wb.

Bapak Soeharto yang saya hormati, setelah beberapa minggu tidak menjabat lagi sebagai Presiden, kesedihan saya masih menyelimuti sampai hari ini. Apalagi kalau di media massa memuat berita dan gambar Bapak. Bapak sudah seperti Bapak sendiri meskipun saya belum pernah bertemu.

Saya benar-benar tidak rela kalau Bapak dihujat seperti itu, saya sedih dan menangis bukan karena Bapak lengser keprabon tapi karena mereka tidak tahu berterima kasih dan punya hati busuk.

Pak Harto, sampai detik ini saya ada di pihak Bapak, dan teman – ­teman baik di kantor atau di lingkungan keluarga dan tempat tinggal saya, sebagian besar juga berpihak pada Bapak. Itu saya ketahui kalau sedang ngobrol atau sedang berdebat.

Dan saya selalu berdo’a agar Bapak diberi lindungan dan iman yang kuat dari Allah Swt.

Dan, meskipun agak terlambat tak lupa saya mengucapkan selamat berulang tahun, semoga Bapak diberi umur yang panjang, keselamatan dan ketabahan. Amin. (DTS)

Wassalam,

Dra. Ida Antariksani

Pontianak

[1]       Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 422. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.