Tuhan Tak Membiarkan Hambanya Sendirian

Jakarta, 27 November 1998

Kepada

Yth. Bapak H.M. Soeharto

di tempat

TUHAN TAK MEMBIARKAN HAMBANYA SENDIRIAN [1]

Salam hormat dan damai sejahtera selalu ……

Sebelumnya saya mohon maaf, kalau mungkin kedatangan surat saya ini kurang berkenan di hati Bapak. Saya berharap semoga Bapak selalu dalam keadaan baik-baik dan sehat selalu dalam lindungan-­Nya.

Sebenarnya saya sudah lama ingin menulis surat untuk Bapak, tapi baru saat inilah keinginan saya bisa terwujud.

Nama saya Berce Johnson Paoki, sekarang saya berusia 23 tahun. Saya berasal dari salah satu kota kecil di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Ayah saya baru saja pensiun sebagai Kepala Sekolah Dasar di salah satu desa terpencil. Saya sering membaca buku-buku tentang Bapak, yang disalurkan untuk sekolah dasar di mana Ayah saya bertugas.

Saya sangat kagum terhadap Bapak, baik sebagai Pemimpin maupun sebagai orangtua yang arif dan bijaksana.

Makanya sejak dari Sekolah Dasar, saya punya satu keinginan untuk bisa bertemu langsung dengan Bapak. Bahkan waktu SMA, saya pernah terpilih sebagai siswa teladan dan ikut seleksi di tingkat kabupaten. Waktu itu saya lolos ke Jakarta, saya bisa bertemu dengan Bapak. Tapi sayang waktu itu saya tidak terpilih.

Walaupun begitu, sampai saat ini saya masih tetap punya keinginan dan berharap suatu saat nanti, saya bisa bertemu dengan Bapak.

Sudah hampir 4 tahun saya tinggal di Jakarta. Waktu saya selesai SMA saya sempat kuliah sampai semester 4 (empat) di Institut.

Teknologi Minaesa, Tomohon. Tapi karena Ayah saya tidak mampu lagi membiayai saya, maka saya merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan. Dan Tuhan menolong saya melalui sahabat saya. Walaupun saya belum ada pekerjaan, sampai sekarang sahabat yang sudah seperti saudara kandung itu, masih berkenan menerima saya tinggal dengan keluarganya. Bahkan mereka sangat membantu saya dalam menghadapi kesulitan seperti saat ini.

Saya sangat sedih melihat perkembangan akhir-akhir ini, di mana Bapak banyak dihujat, dimaki, bahkan dihina banyak orang.

Saya ingin membela Bapak, tetapi apa yang bisa saya lakukan untuk Bapak ….

Tetapi saya tetap kagum dan sangat menghormati Bapak.

Tuhan Maha Adil, Dia selalu memandang dari jauh, mengawasi segala umat-Nya. Dia jugalah yang akan memberikan pahala atas segala tugas dan pekerjaan kita.

Saya akan selalu berdoa, kiranya Bapak diberikan kekuatan dan ketabahan untuk menghadapi semua yang Bapak alami saat ini. Dan saya yakin Dia tidak akan pernah membiarkan umat-Nya berjalan sendiran karena itu Dia pun tidak akan pernah memberikan cobaan yang melampaui kemampuan manusia. (DTS)

Hormat saya,

Berce Jonson Paoki

Jakarta Pusat

[1]     Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 62-63. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat  yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.