Kroya, 30 Oktober 1998
Kepada
Yth. Bapak Soeharto
Mantan Presiden RI II
Di Jakarta
URUN REMBUG PRIBADI [1]
Assalamu’alaikum wr. wb.
Pasca Bapak Soeharto lengser keprabon kepresidenan teryata seluruh kehidupan berbangsa dan bernegara dalam situasi yang sangat memprihatinkan.
Untuk mengatasi itu diperlukan power yang penuh wibawa, penuh strategi, dan penuh kebulatan tekad. Power tersebut saya lihat hanya ada pada diri Bapak Soeharto. Dan kami yakin seyakin-yakinnya bahwa dalam diri Bapak Soeharto masih melekat erat kecintaan terhadap negara dan bangsa.
Sidang istimewa MPR mendatang akan merupakan momentum yang sangat tepat bagi Bapak Soeharto untuk tampil menyelamatkan negara dan bangsa. Dan Untuk itu dengan segala kelancangan perkenankan kami mengajukan urun rembug:
- Pertanggungjawaban terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
- Pertanggungjawaban terhadap keseluruhan rakyat Indonesia.
- Keselamatan, kedamaian, kerukunan, persatuan dan kesatuan bangsa.
- Rehabilitasi hujatan masyarakat (sura dira jayaningrat lebur dening pangastuti).
- Insya Allah, Bapak Soeharto beserta sekaliyan putra wayah akan memperoleh keselamatan, winengku ing mahambek paramarta, asma kang kuncara, unggul ing kawijayan, kinasih ing sesami.
Jika sekiranya Bapak Soeharto menaruh perhatian, kami bersedia dipuntimbali.
Mohon maaf dan ampun, atas keseluruhan salah yang tiada santun. (DTS)
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Atur sungkem,
Prayiblo
Jl. Jend. Sudirman 212
Kroya 53282
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 542-543. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.