UTAMAKAN MODAL DLM NEGERI BARLI JANJIKAN KREDIT LEBIH BESAR LAGI PADA GOLONGAN PRIBUMI

Presiden Tegaskan Lagi

UTAMAKAN MODAL DLM NEGERI BARLI JANJIKAN KREDIT LEBIH BESAR LAGI PADA GOLONGAN PRIBUMI [1]

 

Jakarta, Indonesia Raya

Presiden Soeharto menghendaki agar Indonesia dalam masalah penanaman modal tetap memprioritaskan modal dalam negeri dari pada modal asing karena modal asing hanya sebagai pelengkap saja.

Lambat laun penanaman modal asing hams berkurang digantikan peranannya oleh modal dalam negeri untuk menunjang pembangunan.

Demikian dikemukakan oleh Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Drs. Barli Halim kemarin setelah berbicara dengan Presiden Soeharto di gedung Bina Graha.

Menurut Barli Halim, Presiden menghendaki agar berhati-hati dalam menggunakan kebijaksanaan terhadap modal asing dimana untuk ini harus ada pengamanan2. Memberikan petunjuk2 kepada ketua BKPM itu Presiden Soeharto menekankan bahwa hanya untuk proyek2 besar saja, penanaman modal asing dibenarkan. Untuk proyek2 kecil dan sedang harns dimanfaatkan penanaman modal dalam negeri.

Proyek2 itu ialah proyek2 industri yang tidak memerlukan banyak modal, teknologi dan keahlian. Jika modal dalam negeri memerlukan banyak modal, teknologi dan keahlian dapat dilakukan kontrak management dengan modal asing. Tetapi pabrik2 besar yang produksinya langsung dikonsumir oleh rakyat banyakjuga harus dibangun dengan modal dalam negeri. Dalam hubungan ini dijelaskan oleh Barli Halim bahwa yang dimaksudkan oleh Presiden itu ialah pabrik2 sabun, pasta gigi, dan sebagainya.

Dijelaskan bahwa modal besar yang memproduksi bahan2 setengah jadi masih terbuka bagi modal asing di Indonesia.

Pribumi dan Non Pribumi

Ketua BKPM mengatakan dalam masalah penanaman modal dalam negeri memang harus diperhatikan dua unsur yaitu modal pribumi dan non pribumi. Barli Halim mengakui bahwa sampai kini belum diketahui secara jelas perbandingan antara modal pribumi dan non-pribumi. Diwaktu waktu yang akan datang akan diketahui perbandingan itu melalui lembaga2 keuangan katanya.

Melalui lembaga2 keuangan negara itu akan diusahakan agar peranan pribumi dalam penanaman modal akan lebih besar. Menjawab pertanyaan pers tentang cara memberikan peranan lebih besar kepada pribumi itu, Barli Halim menekankan, “kepada pengusaha2 pribumi akan diberikan kredit2 yang lebih besar.”

Ia menjelaskan bahwa kepada Presiden Soeharto telah dilaporkan hasil2 kunjungannya ke Padang dan Medan menghadiri diskusi untuk menggalakkan dan menggairahkan penanaman modal di Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Barli Halim menyimpulkan bahwa kedua daerah tsb, masih memerlukan modal dan prioritasnya ditujukan pada bidang rehabilitasi pertanian, pertambangan dan bidangjasa2 termasuk pariwisata. (DTS)

Sumber: INDONESIA RAYA (27/11/1973)

[1] Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku III (1972-1975), Jakarta: Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 243-244.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.