Kotaraja, 10 Juli 1998
Kepada
Yth. Bapak H.M. Soeharto
di Jakarta
WAJAR PEMIMPIN KAYA [1]
Assalamu’alaikum wr. wb. Dengan hormat,
Pertama-tama saya mohon maaf apabila kedatangan surat ini mengganggu aktivitas Bapak sehari-hari. Tidak lupa saya juga mendoakan Bapak sekeluarga agar selalu dalam lindungan Allah SWT, diberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menjalani kehidupan ini dengan baik, amin.
Saya adalah pelajar SMEA kelas tiga, yang sedang mempersiapkan diri untuk praktek PSG (Pendidikan Sistem Ganda). Saya salah satu pengagum Bapak Soeharto sampai saat sekarang.
Saya berkirim surat sehubungan dengan situasi yang memanas di negara tercinta ini. Dimulai dari bencana-bencana yang terjadi di kota-kota besar, kemudian krisis moneter, yang menyebabkan tuntutan reformasi di segala bidang, yang dalam penyampaiannya disertai dengan pengorbanan nyawa dari orang-orang yang tidak berdosa.
Mengapa pada saat terjadi krisis moneter begini, banyak yang menuduh Bapak yang bukan-bukan dan belum tentu kebenarannya? Bagi saya dan mungkin juga sebagian besar rakyat Indonesia Bapak adalah orang yang sangat berjasa bagi Negara Kita. Jasa-jasa Bapak tidak dapat diukur dengan harta dan kata-kata, Allah-lah yang akan membalasnya. Bukankah di usia Bapak yang sekarang ini harus beristirahat menikmati hari tua setelah bertahun-tahun mengabdi kepada Negara dengan tidak mengenal lelah? Tapi mengapa justru banyak orang yang mengganggu Bapak dengan mempermasalahkan harta yang Bapak miliki sekarang? Menurut saya, di negara yang namanya pemimpin pastilah berkuasa dan bila mempunyai harta lebih itupun karena jasanya juga tidak sedikit terhadap Negara yang dipimpinnya. Bagaimana menurut Bapak?
Saya berharap, krisis segera berakhir agar cita-cita saya untuk melanjutkan ke Perguruan Tinggi tahun depan dapat terlaksana. Saya hanya sekedar ingin menyampaikan uneg-uneg, jika ada silap dalam menuliskan kata-kata atau menyinggung perasaan Bapak, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang tidak berbuat kesalahan. Saya berharap Bapak sudi membalas surat saya ini atau setidaknya memberi foto keluarga untuk kenang-kenangan. (DTS)
Wassalam,
Sulami
Irian Jaya
[1] Dikutip langsung dari dalam sebuah buku berjudul “Empati di Tengah Badai: Kumpulan Surat Kepada Pak Harto 21 Mei – 31 Desember 1998”, (Jakarta: Kharisma, 1999), hal 609-610. Surat ini merupakan salah satu dari 1074 surat yang dikirim masyarakat Indonesia dari berbagai pelosok, bahkan luar negeri, antara tanggal 21 Mei – 31 Desember 1998, yang menyatakan simpati setelah mendengar Pak Harto mengundurkan diri. Surat-surat tersebut dikumpulkan dan dibukukan oleh Letkol Anton Tabah.