Wawancara “Pembaruan” Dengan Beberapa Menlu PRESIDEN SOEHARTO PALING COCOK UNTUK MEMIMPIN DIALOG UTARA SELATAN
New York, Suara Pembaruan
Mayoritas wakil anggota Perserikatan Bangsa-bangsa di kota duma ini menilai Presiden Soeharto berada dalam kedudukan paling baik untuk memimpin dan menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.
Para wakil negara anggota yang hadir pada Persidangan Umum badan dunia tersebut Kamis pagi (waktu setempat) untuk mendengarkan pidato Kepala Negara RI sama sependapat atau mendukung kalau Soeharto memutuskan ia akan melakukannya. Cara ini mereka nilai paling baik untuk memulai dialog Utara Selatan, yakni berbicara dengan G-7, kelompok negara-negara industri maju, yang terdiri dari AS, Kanada, Jepang, Inggris, Perancis, Jerman dan Italia, yang akan mengadakan pertemuan tahunan di Jepang Juli tahun depan.
Kata-kata yang dipergunakan para diplomat yang diwawancarai secara khusus oleh wartawati Pembaruan Annie Bertha Simamora, adalah excellent, atau very good, untuk menggambarkan bagaimana Presiden Soeharto tepat benar untuk memimpin dihidupkannya kembali dialog Utara-Selatan yang sudah sekian lama tidak berlangsung lagi.
“Sepenuhnya ia berada pada kedudukan yang baik untuk memimpin dihidupkannya kembali dialog Utara Selatan,” ujar Menlu India Eduardo Fellairo. Karena, kata diplomat yang sangat mendukung Indonesia tersebut, Presiden Soeharto adalah ketua Gerakan Non Blok. Tapi juga karena kemampuan pribadi Soeharto sendiri. Ia ini masih mengemukakan keyakinan Presiden Soeharto akan mencari modalitas cara melaksanakan usaha menghidupkan dialog tersebut.
“Ia akan mengusahakannya. Biarkan sepenuhnya ia melakukannya,” ujar Fellairo lagi. Walaupun demikian ia berpendapat merupakan keharusan bagi setiap anggota untukjuga mengambil inisiatif.
Sangat Baik
Menlu Mesir, Arm Moussa dan rekannya dari Aljazair Lakhdar Ibrahimi yang pernah tinggal di Indonesia pada zaman perjuangan kemerdekaan negaranya dari penjajah Perancis, sama-sama mengatakan pidato Presiden sangat baik. Juga bahwa Kepala Negara RI berada dalam kedudukan yang tepat untuk menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.
Menlu Palestina Farouk Kadoumi yang sangat sibuk sekali gembira bahwa Presiden RI dalam kedudukannya sebagai ketua GNB sudah menyampaikan “Pesan Jakarta” dengan seluruh isinya.
Kadoumi berpendapat Selatan sudah siap untuk melakukan dialog Utara-Selatan untuk menampung pelimpahan teknologi dan arus modal ke negara-negara berkembang. “Ia, yang ketua gerakan, sesuai mitologi yang sudah disepakati di Jakarta, melaksanakan (usaha menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan),” kata Menlu Palestina.
Caranya harus terdapat dulu kesepakatan dari Utara, harus dapat dulu kabar dari Utara bahwa mereka menerima dialog tersebut. Setelah itu tidak sukar untuk menemukan modalitasnya, katanya.
Apakah diperlukan usaha lain di samping pidato yang disampaikan Presiden Soeharto? Kadoumi punya pandangan waktu membicarakan mengenai peran PBB GNB menekankan perlunya membuat PBB lebih efektif menangani berbagai masalah ekonomi dan politik dunia. Oleh karena itu PBB harus diperkuat untuk dijadikan alat. Di bawah sponsor dan lindungan PBB-lah katanya dialog Utara Selatan.
“Seharusnya di bawah naungan piagam PBB kita bisa mulai dialog.” Kadoumi juga berpendapat harus diintensifkan dulu kerja sama diantara negara-negara Selatan baru secara gradual ditingkatkan dialog Utara Selatan.
Wakil Tetap Australia dan Selandia Baru masing-masing Richard Butler dan Terrence Christopher O’Brien yang menemui Presiden Soeharto untuk mengucapkan penghargaan menilai pidato Presiden Soeharto sangat pragmatis dan realistis. Perlu didukung oleh semua negara, bukan hanya negara-negara berkembang, tetapi juga negara-negara maju.
Menlu Slovenia, Dr. Dimitrii Rupel di samping menyebut GNB sebagai suatu faktor selama ini dalam politik internasional mengemukakan potensi besar yang terdapat dalam hubungan negaranya dengan Indonesia yang sekarang menjadi ketua gerakan. Soeharto katanya pantas memimpin dialog. “Ia (Soeharto) berada dalam posisi baik sekali untuk melakukan hal ini.”
Mampu
Kami percaya Indonesia sebuah negara sangat terhormat, negara yang bisa dipercayakan dan dapat menyelenggarakan dialog. Ia menyebutkan dialog Utara Selatan sebagai salah satu masalah mendesak kemanusiaan sekarang ini, oleh karena itu negaranya sudah menyatakan dukungan positif atas kepemimpinan Indonesia dan Presiden Soeharto secara pribadi. Di Rio juga katanya hal tersebut sudah disampaikan negaranya. Ia menyebutkan Indonesia sebagai salah satu kekuatan di kawasan ini.
Alasannya? Pertumbuhan perekonomian lndonesia bertumbuh sangat pesat, lndonesia negara besar yang mempunyai banyak kesempatan.
Wakil Ketua Pelaksana Komisi khusus PBB, M.H. Newlin, dari Inggris menyebutkan Soeharto berada dalam posisi paling bagus untuk memimpin menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan.
Mengapa harus Soeharto? Kata Newlin, ia ketua GNB yang dapat berbicara atas nama GNB dalam dialog yang bennanfaat. Namun ia ini juga melihat bahwa Selatan sendiri harus terorganisir dulu. Sementara Soeharto dapat menjalankan peran bermanfaat untuk menciptakan konsensus. Tetapi Selatan maupun Utara harus mempersiapkan diri.
Newlin berpendapat banyak forum yang bisa dijadikan mekanisme menghidupkan kembali dialog Utara Selatan. Waktu dikatakan salah satu di antaranya barangkali ketua GNB berbicara kepada G-7, Newlin tampak tertarik dan menjawab “Menurut saya demikian, menurut saya demikian”.
Wakil Tetap Yordania di PBB menyebut mayoritas besar anggota PBB menatap kepada Presiden Soeharto dan kepada lndonesia untuk memimpin melaksanakan apa yang diputuskan di Jakarta. Ia ini menilai pidato Soeharto yang mendapat tepukan cukup panjang dari seluruh yang hadir, sebagai sangat baik. Presiden Soeharto,katanya, dalam kedudukan baik untuk memimpin menghidupkan kembali dialog Utara-Selatan. Tetapi sebaiknya dilakukan di bawah naungan PBB.
Banyak dari Menlu yang datang memimpin delegasi mereka pada persidangan, maupun para wakil tetap negara anggota PBB menyalami Presiden Soeharto untuk menyampaikan selamat dan penghargaan. Mereka mengatakan pidato Presiden RI tersebut membawa aspirasi semua orang. Menlu India Fallairo menyebutkan pidato tersebut mengartikulasi berbagai permasalahan yang diperbincangkan pada KTT di Jakarta.
Sumber : SUARA PEMBARUAN (25/09/1992)
Dikutip sesuai tulisan dan ejaan aslinya dari buku “Presiden RI Ke II Jenderal Besar HM Soeharto dalam Berita”, Buku XIV (1992), Jakarta : Antara Pustaka Utama, 2008, hal. 285-287.