1978-02-20 Peringati Maulid Nabi, Presiden Soeharto: Hanya Dengan kekompakan Pembangunan Bisa Dilakukan

Peringati Maulid Nabi, Presiden Soeharto: Hanya Dengan kekompakan Pembangunan Bisa Dilakukan[1]

 

SENIN, 20 FEBRUARI 1978 Presiden Soeharto, dalam sambutannya pada peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW malam ini di Istana Negara, mengatakan bahwa Nabi Besar Muhammad SAW adalah “uswatun hasanah“, yaitu teladan luhur bagi kehidupan kita. Sikap dan sifat-sifatnya dalam pergaulan dan membimbing masyarakat perlu kita hayati dan kita jadikan tauladan. Selain itu peringatan ini juga menunjukkan tanda kesyukuran kita kepada Allah SWT yang telah melimpahkan kurnia yang sangat besar berupa Iman dan Islam kepada kita lewat kedatangan Nabi Besar Muhammad SAW.

Presiden mengatakan bahwa sebagai bangsa yang sebagian besar terdiri dari umat Islam, yang terdiri atas berbagai-bagai suku dan mendiami suatu wilayah kepulauan yang amat luas, kita tidak mungkin menyampingkan sumbangan agama Islam dalam membina kesatuan nasional bangsa kita. Agama Islam telah menghilangkan prasangka kesukuan serta mengajarkan prinsip persatuan bangsa dan persamaan umat manusia. Oleh karena itu kita selalu merasa prihatin melihat adanya gejala-gejala yang menunjukkan fanatisme golongan dan kurang melihat kepentingan yang lebih besar, yaitu keutuhan dan kesatuan bangsa. Gejala-gejala seperti ini dapat berkembang menjadi unsur yang membahayakan keutuhan, pertumbuhan dan ketahanan nasional bangsa kita.

Dikatakan oleh Presiden bahwa hanya dengan kekompakan kita bisa membangun bangsa dan negara. Namun dalam membina kekompakan itu tidak harus berarti menghilangkan perbedaan wajar yang lahir dari keadaan yang majemuk, melainkan perbedaan itu harus merupakan kekuatan pendorong untuk kemajuan. Nabi Muhammad SAW mengajarkan bahwa perbedaan dikalangan umat adalah rahmat, sepanjang hal itu berkembang menjadi peruncingan keadaan dan perpecahan diantara umat. Sabda Nabi itu perlu diresapi kembali justru dalam suasana seperti sekarang, dimana bangsa Indonesia sedang diuji dalam menghadapi tugas nasional yang besar, yaitu penyelenggaraan Sidang Umum MPR dalam rangka menegakkan dan mengembangkan kehidupan demokrasi Pancasila dan kehidupan konstitusi. (AFR)

______________________

[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 27 Maret 1973-23 Maret 1978”, hal 600. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta, Tahun 2003.

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.