Pembicaraan Tidak Resmi Tahap II Presiden Soeharto-PM Lee Kuan Yew [1]
SELASA, 27 JUNI 1978 Tahap kedua pembicaraan tidak resmi antara Presiden Soeharto dan PM Lee Kuan Yew dilanjutkan pagi ini di Bedugul, Bali. Setelah mendapat briefing dari Presiden mengenai pembicaraan yang dilakukannya dengan PM Lee, Menteri/Sekretaris Negara, Sudharmono, mengatakan bahwa masalah bilateral yang dibicarakan menyangkut kerjasama ekonomi antara kedua negara, seperti dalam pembangunan Batam, dan penanaman modal Singapura di Indonesia. Dalam hal ini telah dibahas mengenai kelambanan didalam pelaksanaan keinginan Singapura itu, yang terhambat oleh persoalan-persoalan teknis. Dicapai kesepakatan untuk membicarakan hal ini lebih lanjut dalam pembicaraan-pembicaraan yang lebih bersifat teknis.
Ditambahkan oleh Sudharmono bahwa kalau dalam menghadapi satu masalah belum bisa diketemukan kesamaan pandangan, maka masingmasing harus mengerti. Namun diluar usaha-usaha konsolidasi kedalam, ASEAN bisa mengembangkan kerjasama dalam banyak bidang.
Sementara itu PM Lee Kuan Yew mengatakan bahwa ia melihat harapan yang semakin baik bagi kerjasama Singapura-Indonesia dan antara sesama negara ASEAN. Dikatakannya bahwa ia mempunyai pandangan yang hampir bersamaan dengan Presiden Soeharto mengenai masalahmasalah intemasional yang menyangkut kepentingan ASEAN, yaitu tentang perlu adanya jaminan keamanan bagi pelaksanaan pembangunan. (AFR)
[1] Dikutip dari buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 35. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003