1979-08-16 Presiden Soeharto: Pancasila, Tidak Beri Ruang Paham Individualisme, Liberalisme & Totaliterisme

Presiden Soeharto: Pancasila, Tidak Beri Ruang Paham Individualisme, Liberalisme & Totaliterisme

 

KAMIS, 16 AGUSTUS 1979 Dalam rangka peringatan Hari Proklamasi, Presiden Soeharto malam ini menyampaikan amanat kenegaraannya didepan sidang pleno terbuka DPR. Dalam pidatonya Kepala Negara mengatakan bahwa perwujudan Pancasila sebagai dasar falsafah dan ideologi dalam kehidupan kenegaraan menuntut kita semua untuk membangun tata kehidupan politik, ekonomi, sosial dan budaya yang benar-benar disemangati dan diwarnai oleh semangat kekeluargaan. Ini berarti bahwa dalam pemerintahan dan masyarakat Pancasila, kita tidak akan memberi tempat bagi paham individualisme, liberalisme maupun totaliterisme.
Lebih jauh Presiden mengatakan bahwa dalam membangun tata kehidupan politik yang kita kembangkan adalah Demokrasi Pancasila. Keuniversilan cita-cita demokrasi kita padukan dengan cita hidup bangsa kita yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan. Justru karena semangat kekeluargaan ini, maka dalam Demokrasi Pancasila itu kita tidak mengenal dominasi mayoritas ataupun tirani minoritas, sebab konsep mayoritas dan minoritas tidak sesuai dengan asas kekeluargaan. Demikian ditegaskan oleh Presiden.
Selanjutnya dikatakan bahwa kehidupan ekonomi juga harus kita kembangkan diatas asas kekeluargaan seperti yang dikehendaki oleh Pancasila dan UUD 1945. Cara-cara seperti penindasan yang kuat terhadap yang lemah, persaingan yang saling mematikan, penggunaan milik dan kekayaan yang tidak mengenal batas dan yang mengingkari tanggungjawab sosial dan sebagainya, adalah jelas bertentangan dengan asas kekeluargaan. Semua kekuatan ekonomi harus kita bina agar saling menghidupkan demi kesejahteraan bersama. Dalam rangka ini koperasi hams kita kembangkan.
Setelah berbicara mengenai masalah-masalah sangat fundamental itu, Presiden secara panjang lebar membahas berbagai perkembangan dalam bidang sosial, politik dan ekonomi. Khusus menyangkut pembangunan ekonomi, Presideii telah menyoroti hasil-hasil yang kita capai selama Pelita II, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif ada tiga kesimpulan yang ditarik oleh Kepala Negara. Pertama, kemampuan ekonomi kita bertambah besar. Kedua, peranan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat juga bertambah besar. Ketiga, ketahanan ekonomi nasional kita bertambah kokoh.
Secara kuantitatif dijelaskan oleh Presiden bahwa kemampuan keuangan kita telah naik berlipat ganda. Jika sepuluh tahun yang lalu kita masih menghitung anggaran negara dalam miliar rupiah, maka dalam
Repelita II kita telah menghitung dengan triliun rupiah. Apabila pada tahun 1965 ekspor kita hanya mencapai US$574 juta, maka pada akhir Repelita II ekspor kita naik hampir 20 kali, sehingga mencapai sekitar US$11,3 miliar. Meningkatnya peranan ekonomi dalam usaha meningkatkan kesejahteraan rakyat, antara lain digambarkan Presiden dalam anggaran yang tersedia bagi pembangunan bidang-bidang Kesra, seperti pendidikan. Dalam bidang pendidikan, selama Repelita II telah dibangun tidak kurang dari 31.000 gedung SD baru yang masing-masing terdiri atas enam kelas. Disamping itu telah diperbaiki tidak kurang dari 56.000 gedung SD negeri, SD swasta dan madrasah Ibtidaiyah. Dengan demikian, selama Repelita II telah dapat ditampung tambahan murid lebih dari delapan juta orang; ini berarti 85% dari seluruh anak usia SD, dibandingkan dengan 57% pada saat dimulainya Repelita II.
Peranan pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat yang merata diperlihatkan pula oleh Kepala Negara dalam bantuan yang diberikan kepada golongan ekonomi lemah. Sampai dengan akhir Repelita II,pemberian Kredit Investasi Kecil (KIK) mencapai Rp113 miliar dengan nasabah sebanyak 57.000 orang; sedangkan melalui Kredit Modal Kerja Permanen (KMKP) tersalur kredit sebesar Rp188 miliar yang telah membantu tidak kurang dari 438.000 pengusaha kecil. Sementara itu Kredit Mini yang khusus disediakan bagi pedagang dan pengusaha kecil di pedesaan sejak 1974, telah mencapai Rp16 miliar pada bulan Maret tahun ini. Begitu pula Kredik Candak Kulak yang disediakan sejak 1976, kini sudah mencapai Rp 16 miliar.
Mengenai ketahanan ekonomi, Presiden mengatakan bahwa selama ini kita mampu bertahan terhadap gejolak-gejolak ekonomi dari dalam dan dari luar. Kendatipun kita terpukul oleh kesulitan keuangan Pertamina yang terjadi beberapa tahun yang lalu, walaupun kita juga mengalami berbagai macam bencana alam, kekeringan, dan serangan hama yang merusak produksi pangan, namun selama ini kita tetap dapat mencapai pertumbuhan dan memelihara stabilitas ekonomi. Kita juga telah mampu bertahan terhadap hantaman dari luar yang timbul karena krisis yang dialami dunia dalam bidang ekonomi, moneter, dan energi. Dalam pada itu laju inflasi selama Repelita II cukup terkendali; bahkan dalam tahun 1978 berada dibawah 7%. Demikian antara lain pokok-pokok penting dari pidato kenegaraan Presiden Soeharto (AFR).

 

_________________________

Sumber: Buku “Jejak Langkah Pak Harto 29 Maret 1978 – 11 Maret 1983”, hal 194-195. Buku ini ditulis oleh Team Dokumentasi Presiden RI, Editor: G. Dwipayana & Nazarudin Sjamsuddin dan diterbitkan PT. Citra Kharisma Bunda Jakarta Tahun 2003

Kenapa tidak meninggalkan komentar?

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.